Purworejo (ANTARA) - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta agar tidak ada dendam kampanye terkait dengan kasus pengeroyokan yang menimpa Yuli Wijaya (28), warga Desa Krendetan, Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo, oleh sekelompok orang.
"Seperti pesan dari Pak Jokowi, siapapun tidak tersulut emosinya dengan melakukan pembalasan. Mental juara itu kalau ada yang seperti itu dicuekin, mental juara itu tidak mempedulikan hal seperti itu, tidak usah dendam. Ayo semangat, top kamu Yul," kata Ganjar saat menemui Yuli di tempat tinggalnya di Kabupaten Purworejo, Sabtu.
Dalam kesempatan tersebut, Ganjar juga menyampaikan pesan Presiden Jokowi agar masyarakat jangan ada yang memprovokasi dan jangan sampai terprovokasi terkait kasus pengeroyokan ini.
Menurut Ganjar, ada pihak-pihak tidak bertanggung jawab yang mencoba mengusik ketenteraman di Provinsi Jawa Tengah, terutama menjelang Pemilu 2019.
"Jangan ada yang kepancing (emosi) karena suaranya mau ada balasan. Jangan, jangan dibalas dan kejadian Solo maupun Purworejo jangan sampai terulang, saya berharap kejadian seperti ini tidak terjadi," ujarnya.
Pertemuan antara orang nomor satu di Jateng dengan Yuli Wijaya beserta keluarga berjalan santai, dan sesekali diselingi candaan.
Ganjar tiba di kediaman Yuli pada Sabtu petang dan disambut langsung oleh Yuli dengan kondisi mata yang masih lebam akibat dipukuli.
"Bagaimana kabarmu,Yul? Lho, matamu kenapa itu?" kata Ganjar dalam bahasa Jawa yang hanya dijawab Yuli dengan tertawa.
Setelah diajak masuk ke rumah, Ganjar kemudian menanyakan duduk perkara pengeroyokan yang mengakibatkan kepala Yuli harus mendapat tujuh jahitan. Siapa sebenarnya yang mengawali, memancing emosi, dan upaya penyelesaiannya.
"Saya ketika itu sedang mengatur kendaraan proyek, Pak dengan menggunakan bendera itu. Terus ada rombongan lewat banyak banget, tiba-tiba yang depan berhenti, terus saya didekati, seratus orang lebih, memaksa saya melepas kaos bergambar pasangan calon presiden nomor urut 01," ujarnya.
Yuli mengaku tidak tahu berapa banyak hantaman dan lemparan batu yang mendarat di kepala, muka maupun badannya yang akhirnya membuat dia tak bisa berdiri.
Dirinya hanya bisa merangkak, dan mencoba merangsek keluar dari kerumunan dan tetap dijadikan sasaran tendangan, beruntung akhirnya ada seorang kawan yang nekad menarik dan menyuruhnya lari menyelamatkan diri.
Meski nampak terpukul saat mendengar cerita tersebut, Ganjar mencoba menghibur Yuli dengan melontarkan candaan.
"Dijahit berapa itu kepalamu? Kok gak diobras sekalian? Itu juga ada mesin jahit," kata Ganjar sambil menunjuk mesin jahit di belakang Yuli.
"Seperti pesan dari Pak Jokowi, siapapun tidak tersulut emosinya dengan melakukan pembalasan. Mental juara itu kalau ada yang seperti itu dicuekin, mental juara itu tidak mempedulikan hal seperti itu, tidak usah dendam. Ayo semangat, top kamu Yul," kata Ganjar saat menemui Yuli di tempat tinggalnya di Kabupaten Purworejo, Sabtu.
Dalam kesempatan tersebut, Ganjar juga menyampaikan pesan Presiden Jokowi agar masyarakat jangan ada yang memprovokasi dan jangan sampai terprovokasi terkait kasus pengeroyokan ini.
Menurut Ganjar, ada pihak-pihak tidak bertanggung jawab yang mencoba mengusik ketenteraman di Provinsi Jawa Tengah, terutama menjelang Pemilu 2019.
"Jangan ada yang kepancing (emosi) karena suaranya mau ada balasan. Jangan, jangan dibalas dan kejadian Solo maupun Purworejo jangan sampai terulang, saya berharap kejadian seperti ini tidak terjadi," ujarnya.
Pertemuan antara orang nomor satu di Jateng dengan Yuli Wijaya beserta keluarga berjalan santai, dan sesekali diselingi candaan.
Ganjar tiba di kediaman Yuli pada Sabtu petang dan disambut langsung oleh Yuli dengan kondisi mata yang masih lebam akibat dipukuli.
"Bagaimana kabarmu,Yul? Lho, matamu kenapa itu?" kata Ganjar dalam bahasa Jawa yang hanya dijawab Yuli dengan tertawa.
Setelah diajak masuk ke rumah, Ganjar kemudian menanyakan duduk perkara pengeroyokan yang mengakibatkan kepala Yuli harus mendapat tujuh jahitan. Siapa sebenarnya yang mengawali, memancing emosi, dan upaya penyelesaiannya.
"Saya ketika itu sedang mengatur kendaraan proyek, Pak dengan menggunakan bendera itu. Terus ada rombongan lewat banyak banget, tiba-tiba yang depan berhenti, terus saya didekati, seratus orang lebih, memaksa saya melepas kaos bergambar pasangan calon presiden nomor urut 01," ujarnya.
Yuli mengaku tidak tahu berapa banyak hantaman dan lemparan batu yang mendarat di kepala, muka maupun badannya yang akhirnya membuat dia tak bisa berdiri.
Dirinya hanya bisa merangkak, dan mencoba merangsek keluar dari kerumunan dan tetap dijadikan sasaran tendangan, beruntung akhirnya ada seorang kawan yang nekad menarik dan menyuruhnya lari menyelamatkan diri.
Meski nampak terpukul saat mendengar cerita tersebut, Ganjar mencoba menghibur Yuli dengan melontarkan candaan.
"Dijahit berapa itu kepalamu? Kok gak diobras sekalian? Itu juga ada mesin jahit," kata Ganjar sambil menunjuk mesin jahit di belakang Yuli.
Pewarta: Wisnu Adhi Nugroho
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019