Jayapura (ANTARA) - Safari toleransi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang digelar di salah satu kafe di Kota Jayapura, Papua, Senin, membahas peran anak muda dan perempuan dalam partai politik.
Juru Bicara Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PSI Dara Nasution, didampingi Azmi Abubakar berpendapat bahwa anak muda dan kaum perempuan dalam banyak partai di Indonesia dijadikan sebagai pelengkap, dan jika tidak punya kemampuan finansial atau koneksi sulit untuk berkembang.
"Sulit berkembang dan membutuhkan waktu yang lama jika tidak didukung dengan modal memadai serta koneksi dan nepotisme yang kuat dengan petinggi-petinggi partai, bahkan mungkin tidak akan pernah masuk dalam lingkaran pengambil keputusan di dalam partai," katanya pula.
Namun, ungkap dia, di PSI, anak muda dan kaum perempuan menjadi pusat atau 'jantung' partai, sementara di partai lainnya hanya sebagai pengelola, bahkan terkesan jadi pelengkap dari syarat sebuah partai.
"Tapi, di PSI, anak muda dan perempuan benar-benar menjadi jantungnya partai, bahkan di PSI orang biasa, bukan orang terkenal, bukan anak pejabat, tidak punya kekayaan juga bisa menjadi caleg unggulan dan berperan banyak di dalam partai," katanya pula.
Menurutnya, itu karena PSI ke depan proses rekrutmen caleg dilakukan secara terbuka dan transparan dengan melibatkan pihak ketiga sebagai juri, sehingga bisa mendapatkan hasil yang maksimal sesuai dengan kebutuhan partai.
Dara Nasution merupakan salah satu politisi perempuan termuda di Indonesia, usianya masih 23 tahun, menyatakan sangat sulit untuk bersaing jika tidak ada keluarga atau kerabat sebagai petinggi partai untuk eksis dan asah kemampuan meski didukung dengan kompetensi.
Kebanyakan partai mapan, ujar dia, menentukan caleg dengan nuansa KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme) atau sistem dinasti, sehingga belakangan membuat persoalan baru.
"PSI hadir untuk memberikan ruang yang luas kepada anak muda dan perempuan agar bisa berkreasi, PSI hadir untuk membongkar semua praktik-praktik politik yang jauh dari kata demokratis, memberantas demokrasi dan nasionalisme gadungan yang sudah dipertontonkan selama ini," katanya lagi.
Menurut caleg PSI dari Dapil Sumatera Utara nomor urut 01 itu, bentuk keberpihakan PSI menjadikan anak muda khususnya perempuan sebagai motor dan jantung dari partai terlihat nyata.
"Saat ini secara aturan menentukan kuota perempuan 30 persen, tapi di PSI mulai dari pengurus, sampai komposisi caleg, perempuan sebesar 45 persen, jadi bukan pelengkap," kata Dara Nasution.
Ketua DPD PSI Kota Jayapura Danial mengatakan bahwa sebenarnya hajatan tersebut merupakan milik dari pengurus tingkat provinsi, hanya saja pelaksanaanya di ibu kota provinsi sehingga pihaknya dilimpahkan sebagai penyelenggara.
"Ini sebenarnya untuk penguatan kader dan caleg PSI jelang hari H, dan sebagai partai pendukung Jokowi, kami harus kuatkan barisan untuk meraih kemenangan," katanya pula.
Juru Bicara Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PSI Dara Nasution, didampingi Azmi Abubakar berpendapat bahwa anak muda dan kaum perempuan dalam banyak partai di Indonesia dijadikan sebagai pelengkap, dan jika tidak punya kemampuan finansial atau koneksi sulit untuk berkembang.
"Sulit berkembang dan membutuhkan waktu yang lama jika tidak didukung dengan modal memadai serta koneksi dan nepotisme yang kuat dengan petinggi-petinggi partai, bahkan mungkin tidak akan pernah masuk dalam lingkaran pengambil keputusan di dalam partai," katanya pula.
Namun, ungkap dia, di PSI, anak muda dan kaum perempuan menjadi pusat atau 'jantung' partai, sementara di partai lainnya hanya sebagai pengelola, bahkan terkesan jadi pelengkap dari syarat sebuah partai.
"Tapi, di PSI, anak muda dan perempuan benar-benar menjadi jantungnya partai, bahkan di PSI orang biasa, bukan orang terkenal, bukan anak pejabat, tidak punya kekayaan juga bisa menjadi caleg unggulan dan berperan banyak di dalam partai," katanya pula.
Menurutnya, itu karena PSI ke depan proses rekrutmen caleg dilakukan secara terbuka dan transparan dengan melibatkan pihak ketiga sebagai juri, sehingga bisa mendapatkan hasil yang maksimal sesuai dengan kebutuhan partai.
Dara Nasution merupakan salah satu politisi perempuan termuda di Indonesia, usianya masih 23 tahun, menyatakan sangat sulit untuk bersaing jika tidak ada keluarga atau kerabat sebagai petinggi partai untuk eksis dan asah kemampuan meski didukung dengan kompetensi.
Kebanyakan partai mapan, ujar dia, menentukan caleg dengan nuansa KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme) atau sistem dinasti, sehingga belakangan membuat persoalan baru.
"PSI hadir untuk memberikan ruang yang luas kepada anak muda dan perempuan agar bisa berkreasi, PSI hadir untuk membongkar semua praktik-praktik politik yang jauh dari kata demokratis, memberantas demokrasi dan nasionalisme gadungan yang sudah dipertontonkan selama ini," katanya lagi.
Menurut caleg PSI dari Dapil Sumatera Utara nomor urut 01 itu, bentuk keberpihakan PSI menjadikan anak muda khususnya perempuan sebagai motor dan jantung dari partai terlihat nyata.
"Saat ini secara aturan menentukan kuota perempuan 30 persen, tapi di PSI mulai dari pengurus, sampai komposisi caleg, perempuan sebesar 45 persen, jadi bukan pelengkap," kata Dara Nasution.
Ketua DPD PSI Kota Jayapura Danial mengatakan bahwa sebenarnya hajatan tersebut merupakan milik dari pengurus tingkat provinsi, hanya saja pelaksanaanya di ibu kota provinsi sehingga pihaknya dilimpahkan sebagai penyelenggara.
"Ini sebenarnya untuk penguatan kader dan caleg PSI jelang hari H, dan sebagai partai pendukung Jokowi, kami harus kuatkan barisan untuk meraih kemenangan," katanya pula.
Pewarta: Alfian Rumagit
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2019
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2019