Jakarta (ANTARA) - Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan, pernyataan Calon Presiden Joko Widodo pada debat keempat capres Sabtu (30/3) malam yang menyebutkan kata "Dilan" alias Digital Melayani, menegaskan komitmen Jokowi dalam memberantas korupsi.
"Ini cermin semangat Pak Jokowi untuk memberikan apresiasi terhadap anak bangsa yang berprestasi. Kita lihat Film Dilan mendapatkan dukungan luas dari masyarakat. Ternyata juga Film Dilan bisa dimaknakan tidak hanya sebagai lambang prestasi kreatif dalam industri perfilman, tapi juga dimaknakan sebagai digital melayani," ujar Hasto, di sela kampanye, di Perumahan Kemang Pratama, Bekasi, Jawa Barat, Minggu.
Ke depan, lanjut Hasto, pemerintah saat ini memang memiliki tugas untuk menyempurnakan seluruh birokrasi melalui sistem yang baik, salah satunya melalui digitalisasi.
"Pak Jokowi menjadi pelopor penerapan e-KTP government, sehingga adanya pajak online semua jadi semakin transparan. Berantas korupsi tidak bisa dilakukan dengan retorika Pak Prabowo mengulang berbagai persoalan itu, tapi rakyat tidak lupa bagaimana Pak Prabowo dengan kewenangannya tidak mampu menertibkan korupsi yang mendera kadernya sendiri," kata Hasto pula.
Menurut Hasto, memberantas korupsi hanya bisa dilakukan dengan cara sistemik, salah satunya dengan membangun organisasi yang menerapkan teknologi informasi dalam seluruh aspek pemerintahan.
"Dengan adanya mal pelayanan publik, itu yang dilakukan Pak Jokowi. Pak Prabowo nampak kering dalam pengalaman, sehingga yang diungkap adalah masa lalu yang tak jauh beda dengan 2009. Persoalan sudah masuk dalam memori yang terdalam Pak Prabowo tanpa solusi bagi masa depan bangsa," kata Hasto pula.
Ia menambahkan, dukungan Jokowi terhadap kaum milenial juga kuat dengan membangun infrastruktur digital.
"Bagaimana kita lihat pendidkan kita juga makin baik, muncul unicorn baru di Indonesia yang merupakan empat terhebat dibanding tujuh yang ada di Asia Tenggara ini. Ini adalah prestasi luar biasa. Dengan demikian, ini untuk menegaskan tugas Pak Jokowi mempersiapkan pemimpin muda, pemimpin baru Indonesia tahun 2024 yang akan datang," ujar Hasto lagi.
"Ini cermin semangat Pak Jokowi untuk memberikan apresiasi terhadap anak bangsa yang berprestasi. Kita lihat Film Dilan mendapatkan dukungan luas dari masyarakat. Ternyata juga Film Dilan bisa dimaknakan tidak hanya sebagai lambang prestasi kreatif dalam industri perfilman, tapi juga dimaknakan sebagai digital melayani," ujar Hasto, di sela kampanye, di Perumahan Kemang Pratama, Bekasi, Jawa Barat, Minggu.
Ke depan, lanjut Hasto, pemerintah saat ini memang memiliki tugas untuk menyempurnakan seluruh birokrasi melalui sistem yang baik, salah satunya melalui digitalisasi.
"Pak Jokowi menjadi pelopor penerapan e-KTP government, sehingga adanya pajak online semua jadi semakin transparan. Berantas korupsi tidak bisa dilakukan dengan retorika Pak Prabowo mengulang berbagai persoalan itu, tapi rakyat tidak lupa bagaimana Pak Prabowo dengan kewenangannya tidak mampu menertibkan korupsi yang mendera kadernya sendiri," kata Hasto pula.
Menurut Hasto, memberantas korupsi hanya bisa dilakukan dengan cara sistemik, salah satunya dengan membangun organisasi yang menerapkan teknologi informasi dalam seluruh aspek pemerintahan.
"Dengan adanya mal pelayanan publik, itu yang dilakukan Pak Jokowi. Pak Prabowo nampak kering dalam pengalaman, sehingga yang diungkap adalah masa lalu yang tak jauh beda dengan 2009. Persoalan sudah masuk dalam memori yang terdalam Pak Prabowo tanpa solusi bagi masa depan bangsa," kata Hasto pula.
Ia menambahkan, dukungan Jokowi terhadap kaum milenial juga kuat dengan membangun infrastruktur digital.
"Bagaimana kita lihat pendidkan kita juga makin baik, muncul unicorn baru di Indonesia yang merupakan empat terhebat dibanding tujuh yang ada di Asia Tenggara ini. Ini adalah prestasi luar biasa. Dengan demikian, ini untuk menegaskan tugas Pak Jokowi mempersiapkan pemimpin muda, pemimpin baru Indonesia tahun 2024 yang akan datang," ujar Hasto lagi.
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2019
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2019