Jakarta (ANTARA) - Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Hasto Kristiyanto menilai, dalam debat capres keempat yang digelar Sabtu malam (30/3) lalu, memperlihatkan karakter kepemimpinan Calon Presiden Nomor Urut 01 Joko Widodo yang lebih visioner dan membumi dibandingkan Calon Presiden Nomor Urut 02 Prabowo Subianto.
"Dalam tampilan penuh senyum tanpa emosi, Jokowi menerima serangan 13 kali, sementara Jokowi membalas dengan jawaban membumi, dan serangan halus sebanyak tiga kali. Senyuman Jokowi penuh harapan, mencari solusi persoalan dan membangun masa depan. Sementara serangan Prabowo hanyalah ilusi persoalan, jebakan masa lalu di Hambalang," ujar Hasto kepada awak media di Kantor DPP PDIP Jakarta, Minggu.
Sekjen PDI Perjuangan itu mencontohkan ketakutan Prabowo terhadap laporan ABS, kekayaan yang hilang ke luar negeri, korupsi stadium 4, kebocoran parah, hingga pernyataannya lebih memilih menggunakan teknologi lama. Semua hal itu dapat menjadi ilustrasi bagaimana Prabowo masih terjebak dalam memori masalah masa lalu.
"Mengatasi laporan ABS secara sederhana di atasi dengan datang ke lapangan, monitoring, evaluasi dan membangun sistem transparansi digital terapkan teknologi IT. Itulah yang dilakukan Jokowi," kata Hasto.
Ia juga mengibaratkan, penggunaan teknologi lama yang disampaikan Prabowo seperti kuda sedangkan teknologi modern yang digunakan Jokowi seperti mobil Kijang.
"Dengan tidak mengurangi rasa hormat terhadap kegemaran Pak Prabowo memelihara kuda impor, dalam sistem transportasi, maka mobil Kijang dengan daya laju yang melaju begitu besar akan mengalahkan teknologi lama kuda dari Hambalang," ujar Hasto.
Demikian juga halnya dalam politik pertahanan, lanjut Hasto, Jokowi percaya pada laporan TNI, membangun kebanggaan terhadap martabat dan jati diri TNI untuk menguasai dan kembangkan teknologi persenjataan, dan siber.
"Serta memperkuat gelar pasukan di wilayah strategis terluar NKRI adalah pilihan utama dan komitmen pembumian politik pertahanan Jokowi untuk TNI," kata Hasto.
"Dalam tampilan penuh senyum tanpa emosi, Jokowi menerima serangan 13 kali, sementara Jokowi membalas dengan jawaban membumi, dan serangan halus sebanyak tiga kali. Senyuman Jokowi penuh harapan, mencari solusi persoalan dan membangun masa depan. Sementara serangan Prabowo hanyalah ilusi persoalan, jebakan masa lalu di Hambalang," ujar Hasto kepada awak media di Kantor DPP PDIP Jakarta, Minggu.
Sekjen PDI Perjuangan itu mencontohkan ketakutan Prabowo terhadap laporan ABS, kekayaan yang hilang ke luar negeri, korupsi stadium 4, kebocoran parah, hingga pernyataannya lebih memilih menggunakan teknologi lama. Semua hal itu dapat menjadi ilustrasi bagaimana Prabowo masih terjebak dalam memori masalah masa lalu.
"Mengatasi laporan ABS secara sederhana di atasi dengan datang ke lapangan, monitoring, evaluasi dan membangun sistem transparansi digital terapkan teknologi IT. Itulah yang dilakukan Jokowi," kata Hasto.
Ia juga mengibaratkan, penggunaan teknologi lama yang disampaikan Prabowo seperti kuda sedangkan teknologi modern yang digunakan Jokowi seperti mobil Kijang.
"Dengan tidak mengurangi rasa hormat terhadap kegemaran Pak Prabowo memelihara kuda impor, dalam sistem transportasi, maka mobil Kijang dengan daya laju yang melaju begitu besar akan mengalahkan teknologi lama kuda dari Hambalang," ujar Hasto.
Demikian juga halnya dalam politik pertahanan, lanjut Hasto, Jokowi percaya pada laporan TNI, membangun kebanggaan terhadap martabat dan jati diri TNI untuk menguasai dan kembangkan teknologi persenjataan, dan siber.
"Serta memperkuat gelar pasukan di wilayah strategis terluar NKRI adalah pilihan utama dan komitmen pembumian politik pertahanan Jokowi untuk TNI," kata Hasto.
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: M Arief Iskandar
Copyright © ANTARA 2019
Editor: M Arief Iskandar
Copyright © ANTARA 2019