Peneliti muda harapkan capres miliki visi perbaikan pemerintahan

Delapan parpol penuhi ambang batas parlemen, PDIP suara terbanyak
Nonton bareng peneliti muda yang dilakukan Komite Pemantau Pelaksanaan Otonomi Daerah di Jakarta, Sabtu malam (30/03/2019) (Laily Rahmawaty)
Jakarta (ANTARA) - Sejumlah peneliti muda berharap dua calon presiden memiliki visi yang kongkrit dalam perbaikan pemerintahan lima tahun ke depan agar tidak ada lagi jual beli jabatan, dan aturan yang tumpang tindih antara pusat dan daerah.

"Kita harapkan debat kali ini para calon menyampaikan apa langkah konkritnya dalam memperbaiki struktur pemerintahan," kata Gunardi Ridwan, peneliti muda SEKNAS FITRA dalam nonton bareng debat Capres keempat di Yan Kedai Kopi, Jakarta, Sabtu malam.

Gunardi mengatakan sistem pemerintahan saat ini belum berjalan baik masih terjadi nepotisme dengan adanya kasus jual beli jabatan, banyaknya aduan terkait ASN di daerah.

Ia mengatakan hasil riset terakhir kasus jual beli jabatan bukan hanya terjadi di Kementerian Agama saja tapi juga di 13 kementerian lainnya terindikasi, dan ada 115 aduan terkait ASN di tataran pemerintahan kabupaten/kota selama satu tahun terakhir.

Budi Rheza, peneliti dari Komite Pemantau Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD) mengatakan masalah dalam pemerintahan saat ini sudah seperti penyakit pantologi akut yang menyebar di mana-mana.

Menurutnya tema debat capres kali ini sangat krusial terutama terkait pemerintahan. Pemerintah ini menyangkut dengan pelayanan publik baik di daerah maupun di pusat.

"Dalam kampanyenya kedua pasangan calon ingin menciptakan pemerintahan yang baik. Itu yang kita ingin dengarkan di debat ini," kata Budi.

Hal serupa juga disampaikan Henny Prasetyono dari KPPOD mengatakan masih terjadi tumpang tindih antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat, banyaknya peraturan daerah yang bermasalah.

Ia mengatakan 3.000 lebih peraturan daerah yang dihapus oleh Kementerian Dalam Negeri sebagai bukti bahwa pemerintahan belum berjalan baik.

Henny menawarkan pemerintahan yang berbasis bukti dengan melibatkan para peneliti dan akademisi dalam membuat kebijakan yang sesuai kebutuhan rakyat.

"Belum semua kebijakan berbasis riset. Kita harapkan pemerintahan ke depan dapat melibatkan riset dalam membuat kebijakan, dan kita para peneliti memiliki sumber daya itu," kata Henny.

Sekitar 20 peneliti muda dari berbagai lembaga riset dan perguruan tinggi hadiri nonton bareng debat capres keempat yang digelar oleh KPPOD di Kedai Kopi di Jakarta.

Nobar berlangsung di lantai dua kedai kopi di kawasan Agus Salim, Jakarta, berlangsung dalam suasana santai.

Sebelum nobar dimulai digelar diskusi publik yang menghadirkan sejumlah pembicara yakni Henny Prasetyo dan Budi Rheza, peneliti muda KPPOD, Sherly Annavita, dosen HI Paramadina sekaligus selebgram pemerhati pilpres dan Gunardi Ridwan, Peneliti muda SEKNAS FITRA.

Diskusi ini juga dihadiri oleh tim sukses pasangan calon nomor urut 02, Nada Alichiah. Sedangkan tim sukses nomor urut 01 berhalangan hadir.

Selama debat berlangsung tidak ada yel-yel ataupun dukungan kepada para calon. Pada penelitian muda lebih menikmati sesi debat dengan tenang dan santai.

Pantian nobar debat capres dari KPPOD, Rezky Auliya Handarta mengatakan kegiatan ini sebagai bentuk partisipasi peneliti muda dalam memberikan pendidikan politik kepada kaum milenial.
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019
Jokowi singgung dia dituduh antek PKI Sebelumnya

Jokowi singgung dia dituduh antek PKI

Logistik Pilkada untuk Kabupaten Tangerang mulai didistribusikan ke TPS Selanjutnya

Logistik Pilkada untuk Kabupaten Tangerang mulai didistribusikan ke TPS