Ma'ruf bangun bangsa dari kearifan lokal, Sandi dari ekonomi kreatif

Delapan parpol penuhi ambang batas parlemen, PDIP suara terbanyak
Cawapres nomor urut 01 Ma'ruf Amin (kiri) berbincang dengan Cawapres nomor urut 02 Sandiaga Uno (kanan) usai mengikuti Debat Capres Putaran Ketiga di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (17/3/2019). Debat Capres Putaran Ketiga yang menampilkan hanya kedua Cawapres tersebut bertemakan Pendidikan, Kesehatan, Ketenagakerjaan serta Sosial dan Kebudayaan. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/pras.
Konsep Nawacita dari Jokowi yang menjadikan Indonesia sebagai poros maritim tidak tersampaikan. Begitu juga dengan Prabowo dengan gagasan Indonesia Menang, masih sekadar jargon saja
Jakarta (ANTARA) - Peneliti Puslit Masyarakat dan Budaya LIPI Ibnu Nadzir Daraini menilai gagasan calon wakil presiden Ma'ruf Amin cukup menarik karena membangun kebudayaan bangsa dengan tidak meninggalkan kearifan lokal , sedangkan Sandiaga Uno hanya berkutat pada ekonomi kreatif dan pariwisata.

Ma'ruf, saat menjawab pertanyaan panelis pada debat putaran ketiga (17/3) yang menampilkan cawapres Ma'ruf Amin dan Sandiaga Uno, mengatakan kebudayaan lokal seperti Pela Gandong dan Rumah Betang dapat dijadikan membangun jati diri bangsa dalam rangka membangun toleransi, dan gotong royong.

"Pernyataan Ma'ruf cukup menarik, saya tidak mengira Ma'ruf punya bayangan untuk mengangkat kebudayaan lokal ke tingkat nasional sebagai kepribadian bangsa," kata Ibnu saat membedah debat pilpres 2019 di LIPI, Jakarta, Senin.

Dia mengatakan gagasan menjadikan kebudayaan lokal sebagai jati diri bangsa adalah gagasan yang memiliki sejarah panjang, ide tersebut pernah disampaikan oleh Ki Hadjar Dewantara.

Selain itu Ma'ruf juga mengatakan Indonesia telah mempunyai strategi pemajuan kebudayaan. Strategi tersebut lahir dari Kongres Kebudayaan yang diselenggarakan pada Desember 2018 lalu. Strategi tersebut akan dioptimalkan agar kebudayaan Indonesia tidak mengalami diskontinuitas.

Agar kebudayaan Indonesia tidak mengalami tidak luntur, pasangan Joko Widodo dan Ma'ruf mengusulkan adanya konservasi budaya, pelestarian budaya dan globalisasi budaya ke dunia luar agar lebih terkenal. Selain itu mereka juga menawarkan adanya dana abadi untuk bidang kebudayaan.

Sementara itu calon wakil presiden Sandiaga Uno punya gagasan mengajak pihak lain seperti dunia usaha, akademisi untuk mencintai budaya Indonesia sehingga nanti akan muncul peluang ekonomi dari budaya Indonesia.

Dia juga menilai budaya Indonesia juga tercermin di bidang pariwisata, sehingga jika keduanya dibangun secara komprehensif maka dapat membuka lapangan kerja untuk angkatan muda.

Ibnu menilai Sandi tidak punya bayangan lain membangun kebudayaan di luar ranah ekonomi kreatif dan pariwisata. Sandi masih melihat permasalahan sosial dan budaya hanya sebatas menyediakan lapangan pekerjaan.

Dalam debat tersebut, Sandi juga sempat mengangkat soal toleransi, dia menyebutkan Indonesia perlu menjaga Bhinneka Tunggal Ika.

"Hal ini jadi ironis ketika isu tersebut dibahas oleh Sandi, karena baik pada Pilgub DKI sampai kampanye hari ini kubunya kerap menggunakan politik identitas," kata dia.

Namun, baik Ma'ruf mau pun Sandiaga Uno belum bisa menggambarkan secara keseluruhan masing-masing konsep Nawacita yang digaungkan Joko Widodo dan konsep Indonesia Menang oleh Prabowo.

"Konsep Nawacita dari Jokowi yang menjadikan Indonesia sebagai poros maritim tidak tersampaikan. Begitu juga dengan Prabowo yang punya gagasan Indonesia Menang, gagasan-gagasan tersebut masih sekadar jargon saja, belum disampaikan secara konkret," kata dia.

Baca juga: Pengamat politik sebut Ma'ruf Amin mampu imbangi Sandi

Baca juga: Isu sosial-budaya diprediksi dapat luput dari debat

 
Pewarta:
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019
DPR: LKBN Antara harus netral dalam pemberitaan Pemilu Sebelumnya

DPR: LKBN Antara harus netral dalam pemberitaan Pemilu

Logistik Pilkada untuk Kabupaten Tangerang mulai didistribusikan ke TPS Selanjutnya

Logistik Pilkada untuk Kabupaten Tangerang mulai didistribusikan ke TPS