Jakarta (ANTARA) - Salah satu kehebatan Jusuf Kalla saat mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beberapa tahun lalu dan saat ini ketika menjadi wakil presiden mendampingi presiden Joko Widodo adalah membuktikan dirinya tidaklah menjadi "ban serep".
Pada masa lalu seringkali muncul kesan atau anggapan bahwa seorang wakil presiden tidaklah lebih dari sebagai pendamping atau istilah guyonnya "ban serep" bagi presiden yang berkuasa saat itu. Orang kedua dalam pemerintahan sering sekali hadir hanya tampil sebagai pengganti RI-1.
Akan tetapi Jusuf Kalla, baik pada masa pemerintahan SBY maupun Jokowi, berhasil memperlihatkan kepada rakyat Indonesia dan juga pemerintahan negara-negara bersahabat bahwa dirinya benar benar efektif bekerja sebagai orang kedua.
Kalla yang berlatar belakang sebagai seorang pengusaha bisa membuktikan bahwa dirinya aktif membantu mantan walikota Solo dan juga mantan Gubernur Jakarta itu terutama dalam bidang ekonomi. Saat setelah presiden Joko Widodo mendeklarasikan proyek pengadaan listrik 35.000 mega watt maka kemudian Kalla ikut merancang dan mengawasi pelaksanaan proyek raksasa ini.
Selain itu, ketika Joko Widodo menyiapkan proyek proyek fisik Asian Games 2018 baik di Jakarta mau pun di Jakabaring, Palembang, Sumatera Selatan, maka Kalla lagi lagi memperlihatkan kehebatannya baik sebagai Wakil Presiden mau pun sebagai mantan pengusaha yang benar-benar mengerti atau memahami aspek aspek pembangunan sebuah proyek yang besar dan prestisius bernilai triliunan rupiah.
Kini pada tanggal 17 Maret 2019 akan tampil calon wakil presiden Ma’ruf Amin dan Sandiaga Salahudin Uno dalam debat publik bagi seluruh Tanah Air dengan topik pendidikan, kesehatan, kesejahteraan sosial, serta sosial budaya.
190,77 juta calon pemilih presiden dan wakil presiden dan juga pemilihan anggota DPD RI, DPR RI, serta DPRD provinsi, kota, serta kabupaten pada umumnya sudah mengetahui latar belakang Ma'ruf dan Sandiaga.
Ma'ruf adalah ketua nonaktif Majelis Ulama Indonesia atau MUI dan juga tokoh senior di lingkungan organisasi kemasyarakatan Nahdlatul Ulama. Sementara itu Sandiaga adalah seorang pengusaha yang pernah menjadi ketua umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) dan juga mantan Wakil Gubernur Jakarta. Jadi latar belakang Ma'ruf serta Sandiaga sudah "setumpuk".
Akan tetapi masalahnya adalah sudah siapkah kedua tokoh ini untuk seratus persen menjadi pendamping calon presiden Joko Widodo dan Prabowo Subianto. Pada debat pertama 17 Januari, Ma'ruf mendampingi Jokowi sedang Sandi berdiri di samping Prabowo. Kemudian pada 17 Februari baik Sandi mau pun Ma’ruf tidaklah ada di samping kedua capres tersebut.
Kini giliran Ma’ruf dan Sandiaga untuk tampil di depan publik Indonesia dan juga bakal di saksikan puluhan diplomat negara sahabat yang bertugas di Jakarta untuk menjelaskan visi dan misi mereka berdua.
Selama beberapa bulan ini Ma'ruf dan Sandiaga sudah berulang kali mendampingi Jokowi dan Prabowo untuk menjelaskan sikap mereka jika menerima amanah dari rakyat Indonesia untuk memimpin Negara Kesatuan Republik Indonesia. Nah pada 17 Maret inilah Ma'ruf dan Sandi akan beradu pendapat tentang bagaimana membangun negara ini selama 5 tahun mendatang jika dipercaya menjadi pemimpin Indonesia.
Sandiaga beberapa waktu lalu secara terbuka dan jujur mengungkapkan bahwa dirinya sungkan atau rikuh jika harus beradu pendapat dengan Ma'ruf yang berusia lanjut dan pengalaman. Akan tetapi yang menjadi tugas Sandiaga adalah dia harus melaksanakan tugas yang telah diberikan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk "berkelahi" dengan Ma'ruf dalam acara debat itu.
Tentu para pendamping kedua cawapres itu sudah menyiapkan "setumpuk materi" agar perdebatan itu bisa berlangsung dengan menarik bagi 190 juta calon pemilih. Debat ini harus disiapkan sehingga benar-benar menggugah calon pemilih untuk datang ke tempat pemungutan suara.
Materi Debat
Masalah pendidikan, ketenagakerjaan, serta sosial budaya pasti akan menarik hati seluruh rakyat Indonesia. Bandingkan dengan masalah politik, hak asasi manusia, ataupun hukum yang paling paling "menarik hati" segelintir pemilih.
Sebaliknya tidak ada satupun individu di Tanah Air yang tidak tertarik dengan isu pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, serta sosial budaya.
Di bidang ketenagakerjaan umpamanya jutaan orang masih mengalami kesulitan mencari pekerjaan tetap. Jika mereka harus mencari pekerjaan, misalnya ke Badan Usaha Milik Negara ataupun perusahaan swasta maka syarat minimalnya sedikitnya sudah berpendidikan sekolah menengah atas atau bahkan perguruan tinggi serta berpengalaman.
Sementara itu kalau ingin ke luar negeri, maka tentu harus memiliki paspor yang dilengkapi dengan berbagai persyaratan administratif lainnya. Bukan Cuma itu, acapkali para penganggur itu harus berhadapan pula dengan segelintir calo yang siap memeras.
Sementara itu di bidang pendidikan rakyat punya masalah serta tantangan. Mereka harus mencari sekolah atau perguruan tinggi apalagi yang favorit sehingga bukan hal yang mudah.
Jadi bisa dibayangkan betapa beratnya beban Ma'ruf serta Sandiaga untuk menjelaskan kepada seluruh calon pemilih dan juga rakyat Indonesia tentang tugas yang mereka tanggung jika dipercaya ikut dalam menjalankan progam pemerintahan 5 tahun mendatang.
Baik Ma'ruf maupun Sandiaga pasti sudah mempunyai gagasan untuk menjawab setumpuk persoalan yang dihadapi rakyat di sini.
Ma'ruf misalnya, bisa berkata akan mengembangkan konsep Kartu Indonesia Pintar (KIP) serta Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang sudah dilontarkan presiden petahana Jokowi.
Kemudian tentang masalah kesehatan Kiai itu juga dapat menceritakan bagaimana upaya untuk mengurangi tekornya anggaran yang dihadapi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial lebih kurang Rp6 triliun saat ini.
Sementara itu Sandiaga sekali pun sudah berpengalaman saat menjadi Wakil Gubernur Jakarta harus berusaha menjelaskan bagaimana secara nasional mengatasi persoalan ketenagakerjaan, pendidikan, serta sosial budaya.
Sandiaga, harus memperlihatkan kepada publik tentang langkah konkret bagaimana mengatasi kesulitan mencari pekerjaan apalagi jumlah pencari kerja selama lima tahun mendatang akan melonjak secara drastis.
Pemilihan presiden tinggal 30 hari lagi sehingga Ma'ruf serta Sandiaga harus memperlihatkan kepada calon pemilih bahwa mereka benar-benar sudah siap untuk tampil memimpin pemerintahan lima tahun mendatang.
Puluhan juta kaum muda milenial pasti benar-benar ingin mencari informasi dari kedua orang ini tentang langkah-langkah pemerintah lima tahun lagi agar persoalan pendidikan, ketenagakerjaan, kesehatan serta sosial budaya tidak terus menumpuk tapi justru berkurang secara drastis.
Buktikan kepada jutaan pemilih bahwa Ma'ruf ataupun Sandiaga adalah benar-benar tokoh yang hebat yang sanggup memberikan solusi kepada kaum millenial yang jumlahnya bisa mencapai puluhan juta orang.*
*) Penulis adalah wartawan ANTARA periode 1982-2018, pernah meliput acara-acara kepresidenan tahun 1987-2009
Baca juga: 4. 447 personel TNI-Polri amankan Debat Cawapres
Baca juga: Rektor: Cawapres harus sampaikan visi-misi konkret ke masyarakat
Pada masa lalu seringkali muncul kesan atau anggapan bahwa seorang wakil presiden tidaklah lebih dari sebagai pendamping atau istilah guyonnya "ban serep" bagi presiden yang berkuasa saat itu. Orang kedua dalam pemerintahan sering sekali hadir hanya tampil sebagai pengganti RI-1.
Akan tetapi Jusuf Kalla, baik pada masa pemerintahan SBY maupun Jokowi, berhasil memperlihatkan kepada rakyat Indonesia dan juga pemerintahan negara-negara bersahabat bahwa dirinya benar benar efektif bekerja sebagai orang kedua.
Kalla yang berlatar belakang sebagai seorang pengusaha bisa membuktikan bahwa dirinya aktif membantu mantan walikota Solo dan juga mantan Gubernur Jakarta itu terutama dalam bidang ekonomi. Saat setelah presiden Joko Widodo mendeklarasikan proyek pengadaan listrik 35.000 mega watt maka kemudian Kalla ikut merancang dan mengawasi pelaksanaan proyek raksasa ini.
Selain itu, ketika Joko Widodo menyiapkan proyek proyek fisik Asian Games 2018 baik di Jakarta mau pun di Jakabaring, Palembang, Sumatera Selatan, maka Kalla lagi lagi memperlihatkan kehebatannya baik sebagai Wakil Presiden mau pun sebagai mantan pengusaha yang benar-benar mengerti atau memahami aspek aspek pembangunan sebuah proyek yang besar dan prestisius bernilai triliunan rupiah.
Kini pada tanggal 17 Maret 2019 akan tampil calon wakil presiden Ma’ruf Amin dan Sandiaga Salahudin Uno dalam debat publik bagi seluruh Tanah Air dengan topik pendidikan, kesehatan, kesejahteraan sosial, serta sosial budaya.
190,77 juta calon pemilih presiden dan wakil presiden dan juga pemilihan anggota DPD RI, DPR RI, serta DPRD provinsi, kota, serta kabupaten pada umumnya sudah mengetahui latar belakang Ma'ruf dan Sandiaga.
Ma'ruf adalah ketua nonaktif Majelis Ulama Indonesia atau MUI dan juga tokoh senior di lingkungan organisasi kemasyarakatan Nahdlatul Ulama. Sementara itu Sandiaga adalah seorang pengusaha yang pernah menjadi ketua umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) dan juga mantan Wakil Gubernur Jakarta. Jadi latar belakang Ma'ruf serta Sandiaga sudah "setumpuk".
Akan tetapi masalahnya adalah sudah siapkah kedua tokoh ini untuk seratus persen menjadi pendamping calon presiden Joko Widodo dan Prabowo Subianto. Pada debat pertama 17 Januari, Ma'ruf mendampingi Jokowi sedang Sandi berdiri di samping Prabowo. Kemudian pada 17 Februari baik Sandi mau pun Ma’ruf tidaklah ada di samping kedua capres tersebut.
Kini giliran Ma’ruf dan Sandiaga untuk tampil di depan publik Indonesia dan juga bakal di saksikan puluhan diplomat negara sahabat yang bertugas di Jakarta untuk menjelaskan visi dan misi mereka berdua.
Selama beberapa bulan ini Ma'ruf dan Sandiaga sudah berulang kali mendampingi Jokowi dan Prabowo untuk menjelaskan sikap mereka jika menerima amanah dari rakyat Indonesia untuk memimpin Negara Kesatuan Republik Indonesia. Nah pada 17 Maret inilah Ma'ruf dan Sandi akan beradu pendapat tentang bagaimana membangun negara ini selama 5 tahun mendatang jika dipercaya menjadi pemimpin Indonesia.
Sandiaga beberapa waktu lalu secara terbuka dan jujur mengungkapkan bahwa dirinya sungkan atau rikuh jika harus beradu pendapat dengan Ma'ruf yang berusia lanjut dan pengalaman. Akan tetapi yang menjadi tugas Sandiaga adalah dia harus melaksanakan tugas yang telah diberikan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk "berkelahi" dengan Ma'ruf dalam acara debat itu.
Tentu para pendamping kedua cawapres itu sudah menyiapkan "setumpuk materi" agar perdebatan itu bisa berlangsung dengan menarik bagi 190 juta calon pemilih. Debat ini harus disiapkan sehingga benar-benar menggugah calon pemilih untuk datang ke tempat pemungutan suara.
Materi Debat
Masalah pendidikan, ketenagakerjaan, serta sosial budaya pasti akan menarik hati seluruh rakyat Indonesia. Bandingkan dengan masalah politik, hak asasi manusia, ataupun hukum yang paling paling "menarik hati" segelintir pemilih.
Sebaliknya tidak ada satupun individu di Tanah Air yang tidak tertarik dengan isu pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, serta sosial budaya.
Di bidang ketenagakerjaan umpamanya jutaan orang masih mengalami kesulitan mencari pekerjaan tetap. Jika mereka harus mencari pekerjaan, misalnya ke Badan Usaha Milik Negara ataupun perusahaan swasta maka syarat minimalnya sedikitnya sudah berpendidikan sekolah menengah atas atau bahkan perguruan tinggi serta berpengalaman.
Sementara itu kalau ingin ke luar negeri, maka tentu harus memiliki paspor yang dilengkapi dengan berbagai persyaratan administratif lainnya. Bukan Cuma itu, acapkali para penganggur itu harus berhadapan pula dengan segelintir calo yang siap memeras.
Sementara itu di bidang pendidikan rakyat punya masalah serta tantangan. Mereka harus mencari sekolah atau perguruan tinggi apalagi yang favorit sehingga bukan hal yang mudah.
Jadi bisa dibayangkan betapa beratnya beban Ma'ruf serta Sandiaga untuk menjelaskan kepada seluruh calon pemilih dan juga rakyat Indonesia tentang tugas yang mereka tanggung jika dipercaya ikut dalam menjalankan progam pemerintahan 5 tahun mendatang.
Baik Ma'ruf maupun Sandiaga pasti sudah mempunyai gagasan untuk menjawab setumpuk persoalan yang dihadapi rakyat di sini.
Ma'ruf misalnya, bisa berkata akan mengembangkan konsep Kartu Indonesia Pintar (KIP) serta Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang sudah dilontarkan presiden petahana Jokowi.
Kemudian tentang masalah kesehatan Kiai itu juga dapat menceritakan bagaimana upaya untuk mengurangi tekornya anggaran yang dihadapi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial lebih kurang Rp6 triliun saat ini.
Sementara itu Sandiaga sekali pun sudah berpengalaman saat menjadi Wakil Gubernur Jakarta harus berusaha menjelaskan bagaimana secara nasional mengatasi persoalan ketenagakerjaan, pendidikan, serta sosial budaya.
Sandiaga, harus memperlihatkan kepada publik tentang langkah konkret bagaimana mengatasi kesulitan mencari pekerjaan apalagi jumlah pencari kerja selama lima tahun mendatang akan melonjak secara drastis.
Pemilihan presiden tinggal 30 hari lagi sehingga Ma'ruf serta Sandiaga harus memperlihatkan kepada calon pemilih bahwa mereka benar-benar sudah siap untuk tampil memimpin pemerintahan lima tahun mendatang.
Puluhan juta kaum muda milenial pasti benar-benar ingin mencari informasi dari kedua orang ini tentang langkah-langkah pemerintah lima tahun lagi agar persoalan pendidikan, ketenagakerjaan, kesehatan serta sosial budaya tidak terus menumpuk tapi justru berkurang secara drastis.
Buktikan kepada jutaan pemilih bahwa Ma'ruf ataupun Sandiaga adalah benar-benar tokoh yang hebat yang sanggup memberikan solusi kepada kaum millenial yang jumlahnya bisa mencapai puluhan juta orang.*
*) Penulis adalah wartawan ANTARA periode 1982-2018, pernah meliput acara-acara kepresidenan tahun 1987-2009
Baca juga: 4. 447 personel TNI-Polri amankan Debat Cawapres
Baca juga: Rektor: Cawapres harus sampaikan visi-misi konkret ke masyarakat
Pewarta: Arnaz Ferial Firman *)
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019