Bandung (ANTARA) - Ketua Tim Kampanye Daerah (TKD) Jawa Barat, calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01 Joko Widodo-KH Ma`ruf Amin, Dedi Mulyadi menilai Jokowi alias Joko Widodo, punya kemampuan memimpin Indonesia yang beragam.
"Kita ini ada keragaman budaya, sehingga dibutuhkan orang yang memahami kebudayaan secara utuh. Jadi, kalau Indonesia tak memahami kebudayaannya, akan hilang ke-Indonesia-annya," katanya.
"Jadi, pemimpin itu harus memenuhi aspek keragaman dan kebhinekaan itu, dan pak Jokowi adalah pemimpin yang memenuhi kriteria itu karena memang republik ini membutuhkan Jokowi," kata Dedi Mulyadi seusai Deklarasi Alumni Jabar Ngahiji di Monumen Perjuangan Jawa Barat Jalan Dipati Ukur, Kota Bandung, Minggu.
Pada acara tersebut, Jokowi menyinggung soal jumlah penduduk 269 juta jiwa dan tersebar di 34 provinsi di 17 ribu pulau serta memiliki banyak masalah tersendiri dan tidak mudah mengelolanya.
"Jadi saya perlu ingatkan, dengan negara sebesar Indonesia, mengelolanya tidak gampang. Jangan berikan (urus Indonesia) ke yang belum berpengalaman," ujar Jokowi.
"Jadi hati-hati, 269 juta penduduk itu besar dan tanggung jawab kita semua, kalau dikasih ke yang belum berpengalaman, bagaimana jadinya, " lanjut Jokowi.
Menurut Dedi Mulyadi, Jokowi sudah memiliki pengalaman memimpin segudang mulai dari dua periode sebagai Wali kota Solo, Gubernur DKI Jakarta dan Presiden Indonesia.
Dia mengatakan, itu pengalaman yang jadi bekal Jokowi memimpin Indonesia ke depan.
"Memimpin kota, gubernur dan Republik Indonesia itu memimpin keberagaman. Indonesia memerlukan orang yang biasa memimpin, yang mimpinnya bukan pemimpin satu komando, tapi mimpinnya yang biasa keragaman dan kebhinekaan," tutur Dedi.
Pada pidatonya di hadapan ribuan alumni perguruan tinggi negeri, swasta hingga SMA itu, Jokowi juga meminta relawannya untuk memerangi gerakan menyebar informasi bohong yang menyudutkan Jokowi.
Pilpres 2019 diikuti dua pasangan capres, yaitu no urut 01 Jokowi-Ma'ruf Amin dan no urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Baca juga: Dedi Mulyadi dukung polisi tangkap pelaku kampanye hitam
Baca juga: Dedi Mulyadi: Masyarakat perkotaan paling banyak terkena hoaks
"Kita ini ada keragaman budaya, sehingga dibutuhkan orang yang memahami kebudayaan secara utuh. Jadi, kalau Indonesia tak memahami kebudayaannya, akan hilang ke-Indonesia-annya," katanya.
"Jadi, pemimpin itu harus memenuhi aspek keragaman dan kebhinekaan itu, dan pak Jokowi adalah pemimpin yang memenuhi kriteria itu karena memang republik ini membutuhkan Jokowi," kata Dedi Mulyadi seusai Deklarasi Alumni Jabar Ngahiji di Monumen Perjuangan Jawa Barat Jalan Dipati Ukur, Kota Bandung, Minggu.
Pada acara tersebut, Jokowi menyinggung soal jumlah penduduk 269 juta jiwa dan tersebar di 34 provinsi di 17 ribu pulau serta memiliki banyak masalah tersendiri dan tidak mudah mengelolanya.
"Jadi saya perlu ingatkan, dengan negara sebesar Indonesia, mengelolanya tidak gampang. Jangan berikan (urus Indonesia) ke yang belum berpengalaman," ujar Jokowi.
"Jadi hati-hati, 269 juta penduduk itu besar dan tanggung jawab kita semua, kalau dikasih ke yang belum berpengalaman, bagaimana jadinya, " lanjut Jokowi.
Menurut Dedi Mulyadi, Jokowi sudah memiliki pengalaman memimpin segudang mulai dari dua periode sebagai Wali kota Solo, Gubernur DKI Jakarta dan Presiden Indonesia.
Dia mengatakan, itu pengalaman yang jadi bekal Jokowi memimpin Indonesia ke depan.
"Memimpin kota, gubernur dan Republik Indonesia itu memimpin keberagaman. Indonesia memerlukan orang yang biasa memimpin, yang mimpinnya bukan pemimpin satu komando, tapi mimpinnya yang biasa keragaman dan kebhinekaan," tutur Dedi.
Pada pidatonya di hadapan ribuan alumni perguruan tinggi negeri, swasta hingga SMA itu, Jokowi juga meminta relawannya untuk memerangi gerakan menyebar informasi bohong yang menyudutkan Jokowi.
Pilpres 2019 diikuti dua pasangan capres, yaitu no urut 01 Jokowi-Ma'ruf Amin dan no urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Baca juga: Dedi Mulyadi dukung polisi tangkap pelaku kampanye hitam
Baca juga: Dedi Mulyadi: Masyarakat perkotaan paling banyak terkena hoaks
Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019