Jakarta (ANTARA News) - Lembaga Cyrus Network menyatakan kontestasi Pilpres saat ini riuh dan jenuh dalam "pertarungan udara" melalui pemberitaan dan media sosial, namun cenderung kosong dalam "pertarungan darat".
"Pilpres sudah jenuh di udara, namun kosong di darat," kata CEO Cyrus Network Hasan Nasbi dalam siaran pers di Jakarta, Kamis.
Hasan mengatakan berdasarkan survei yang dilakukan lembaganya, hanya sekitar 40 persen pemilih yang dapat terkoneksi dengan informasi dari telepon genggam, baik itu media sosial maupun aplikasi pesan berantai seperti WhatsApp dan Line. Sedangkan sisanya, 60 persen pemilih belum bersentuhan dengan sumber-sumber informasi seperti ini.
“Kampanye politik di media sosial memang terlihat ramai dan panas, begitu juga di pesan berantai. Tapi populasi orang yang terlibat tidak berkembang dan jenuh, " jelasnya.
Dia mengatakan hanya 40 persen pengguna Facebook yang mengaku aktif menyebar pesan politik di Facebook. Sedangkan untuk WhatsApp, hanya 28 persen pengguna yang mengaku aktif menyebar pesan politik.
Hasan menyampaikan setelah kira-kira hampir lima tahun tensi politik yang sangat tinggi, tidak sampai 50 persen pengguna media sosial ataupun aplikasi pesan yang terlibat secara aktif menyebarkan pesan-pesan politik.
Begitu juga yang berpartisipasi aktif untuk meluruskan hoaks dan fitnah yang bertebaran di media sosial.
“Ini bukti bahwa keriuhan politik di media sosial dan pesan berantai sudah tidak berkembang lagi. Tidak menambah audiens atau menambah suara. Hanya sekadar mempertahankan isu saja,” kata Hasan.
Terlebih, kata dia, survei juga menunjukkan bahwa saat ini pendukung kedua belah pihak cenderung menyeleksi siapa yang bisa berteman dan berinteraksi dengan mereka.
Menurut survei, 77 persen pendukung Jokowi-Ma'ruf Amin menyatakan teman-temannya di media sosial maupun aplikasi pesan adalah sesama pendukung Jokowi-Amin.
Begitu juga dengan pendukung Prabowo-Sandi, di mana 74 persen di antaranya juga merasa lebih banyak bersama-sama dengan individu atau kelompok yang memiliki aspirasi sama di media sosial maupun aplikasi pesan.
Menurut Hasan, ceruk yang belum optimum disasar kedua kubu adalah kelompok masyarakat yang tidak terkoneksi dengan riuh rendah kampanye politik media sosial, yang jumlahnya sebesar 60 persen pemilih.
“Sungguh disayangkan, kerja dari tim pemenangan kedua pasang calon justru belum menyentuh ceruk terbesar dari proporsi pemilih yang ada. Pekerjaan rumah terbesar dan terpenting bagi kedua timses ke depannya, justru memaksimalkan ceruk perang darat ini,” kata Hasan.
Pilpres 2019 diikuti dua capres, yaitu nomor urut 01 Jokowi-Ma'ruf Amin dan nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
"Pilpres sudah jenuh di udara, namun kosong di darat," kata CEO Cyrus Network Hasan Nasbi dalam siaran pers di Jakarta, Kamis.
Hasan mengatakan berdasarkan survei yang dilakukan lembaganya, hanya sekitar 40 persen pemilih yang dapat terkoneksi dengan informasi dari telepon genggam, baik itu media sosial maupun aplikasi pesan berantai seperti WhatsApp dan Line. Sedangkan sisanya, 60 persen pemilih belum bersentuhan dengan sumber-sumber informasi seperti ini.
“Kampanye politik di media sosial memang terlihat ramai dan panas, begitu juga di pesan berantai. Tapi populasi orang yang terlibat tidak berkembang dan jenuh, " jelasnya.
Dia mengatakan hanya 40 persen pengguna Facebook yang mengaku aktif menyebar pesan politik di Facebook. Sedangkan untuk WhatsApp, hanya 28 persen pengguna yang mengaku aktif menyebar pesan politik.
Hasan menyampaikan setelah kira-kira hampir lima tahun tensi politik yang sangat tinggi, tidak sampai 50 persen pengguna media sosial ataupun aplikasi pesan yang terlibat secara aktif menyebarkan pesan-pesan politik.
Begitu juga yang berpartisipasi aktif untuk meluruskan hoaks dan fitnah yang bertebaran di media sosial.
“Ini bukti bahwa keriuhan politik di media sosial dan pesan berantai sudah tidak berkembang lagi. Tidak menambah audiens atau menambah suara. Hanya sekadar mempertahankan isu saja,” kata Hasan.
Terlebih, kata dia, survei juga menunjukkan bahwa saat ini pendukung kedua belah pihak cenderung menyeleksi siapa yang bisa berteman dan berinteraksi dengan mereka.
Menurut survei, 77 persen pendukung Jokowi-Ma'ruf Amin menyatakan teman-temannya di media sosial maupun aplikasi pesan adalah sesama pendukung Jokowi-Amin.
Begitu juga dengan pendukung Prabowo-Sandi, di mana 74 persen di antaranya juga merasa lebih banyak bersama-sama dengan individu atau kelompok yang memiliki aspirasi sama di media sosial maupun aplikasi pesan.
Menurut Hasan, ceruk yang belum optimum disasar kedua kubu adalah kelompok masyarakat yang tidak terkoneksi dengan riuh rendah kampanye politik media sosial, yang jumlahnya sebesar 60 persen pemilih.
“Sungguh disayangkan, kerja dari tim pemenangan kedua pasang calon justru belum menyentuh ceruk terbesar dari proporsi pemilih yang ada. Pekerjaan rumah terbesar dan terpenting bagi kedua timses ke depannya, justru memaksimalkan ceruk perang darat ini,” kata Hasan.
Pilpres 2019 diikuti dua capres, yaitu nomor urut 01 Jokowi-Ma'ruf Amin dan nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019