Jakarta (ANTARA News) - Ketua DPR RI Bambang Soesatyo menilai pernyataan yang mendorong publik untuk mempersepsikan Pemilu Presiden ibarat Perang Badar, itu nyata-nyata merusak akal sehat sehingga seluruh elemen masyarakat harus menolak informasi, hasutan, dan ujaran yang merusak akal sehat
"Begitu juga dengan berlanjutnya penggorengan isu SARA atau merasa punya kompetensi untuk mengkafirkan lawan politik. Masih ada sejumlah kontroversi, drama konyol dan hoaks yang dijejalkan ke ruang publik dengan tujuan merusak akal sehat," kata Bambang dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Minggu.
Dia menilai, dalam menyikapi setiap persoalan, publik hendaknya tetap berpatokan pada fakta dan informasi resmi yang akurat, serta penjelasan dari institusi atau figur yang kompetensinya sudah teruji.
Menurut dia, di tengah tingginya intensitas lalu lintas informasi dan banjir pernyataan di ruang publik, setiap individu atau komunitas dituntut untuk lebih mengutamakan rasionalitas dan obyektivitas berdasarkan fakta dan informasi yang sah dan akurat.
"Atau penjelasan yang bersumber dari pihak yang paling berkompeten. Jangan terperangkap pada subyektivitas, karena subyektivitas tak jarang menyebabkan munculnya perilaku dan pola pikir irasional," ujarnya.
Dia menjelaskan ajakan dan imbauannya itu mengacu pada keprihatinannya yang melihat upaya merusak akal sehat publik akhir-akhir ini dilakukan secara terorganisir dan berkelanjutan.
Menurut dia, upaya merusak akal sehat itu dilakukan melalui strategi membanjiri ruang publik dengan berita bohong atau hoaks, informasi palsu plus sejumlah sensasi atau tindakan kontroversial.
Bambang menilai, mereka yang terus coba merusak akal sehat masyarakat itu sudah gelap mata akibat nafsu mendapatkan materi dan kekuasaan.
Menurut dia, mereka bukan orang-orang idiot, tetapi kelompok terdidik yang ingin menghalalkan segala cara untuk menggapai tujuannya.
"Mereka sadar sedang bekerja membodohi orang banyak, termasuk menargetkan puluhan juta generasi milenial, tetapi tetap saja mereka tidak peduli," ujarnya.
Mengacu pada keprihatinan itu, Bambang mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menolak informasi, hasutan, dan ujaran yang merusak akal sehat.
Menurut dia, dalam menyikapi setiap persoalan, publik hendaknya tetap berpatokan pada fakta dan informasi resmi yang akurat, serta penjelasan dari institusi atau figur yang kompetensinya sudah teruji.
"Begitu juga dengan berlanjutnya penggorengan isu SARA atau merasa punya kompetensi untuk mengkafirkan lawan politik. Masih ada sejumlah kontroversi, drama konyol dan hoaks yang dijejalkan ke ruang publik dengan tujuan merusak akal sehat," kata Bambang dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Minggu.
Dia menilai, dalam menyikapi setiap persoalan, publik hendaknya tetap berpatokan pada fakta dan informasi resmi yang akurat, serta penjelasan dari institusi atau figur yang kompetensinya sudah teruji.
Menurut dia, di tengah tingginya intensitas lalu lintas informasi dan banjir pernyataan di ruang publik, setiap individu atau komunitas dituntut untuk lebih mengutamakan rasionalitas dan obyektivitas berdasarkan fakta dan informasi yang sah dan akurat.
"Atau penjelasan yang bersumber dari pihak yang paling berkompeten. Jangan terperangkap pada subyektivitas, karena subyektivitas tak jarang menyebabkan munculnya perilaku dan pola pikir irasional," ujarnya.
Dia menjelaskan ajakan dan imbauannya itu mengacu pada keprihatinannya yang melihat upaya merusak akal sehat publik akhir-akhir ini dilakukan secara terorganisir dan berkelanjutan.
Menurut dia, upaya merusak akal sehat itu dilakukan melalui strategi membanjiri ruang publik dengan berita bohong atau hoaks, informasi palsu plus sejumlah sensasi atau tindakan kontroversial.
Bambang menilai, mereka yang terus coba merusak akal sehat masyarakat itu sudah gelap mata akibat nafsu mendapatkan materi dan kekuasaan.
Menurut dia, mereka bukan orang-orang idiot, tetapi kelompok terdidik yang ingin menghalalkan segala cara untuk menggapai tujuannya.
"Mereka sadar sedang bekerja membodohi orang banyak, termasuk menargetkan puluhan juta generasi milenial, tetapi tetap saja mereka tidak peduli," ujarnya.
Mengacu pada keprihatinan itu, Bambang mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menolak informasi, hasutan, dan ujaran yang merusak akal sehat.
Menurut dia, dalam menyikapi setiap persoalan, publik hendaknya tetap berpatokan pada fakta dan informasi resmi yang akurat, serta penjelasan dari institusi atau figur yang kompetensinya sudah teruji.
Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019