Jakarta (ANTARA News) - Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf, Ace Hasan Syadzily, mengatakan kemuliaan acara keagamaan Munajat 212 di Monas, Jakarta, diciderai nuansa kampanye.
"Acara Munajat 212 di Monas pada Kamis malam pada awalnya dimaksudkan sebagai acara keagamaan untuk berdoa bangsa. Sungguh mulia acara tersebut, namun ternyata acara itu diciderai dengan nuansa kampanye," kata Ace Hasan di Jakarta, Jumat.
Ace mengatakan nuansa kampanye dalam acara itu dibuktikan dengan salam dua jari yang dilakukan politisi Gerindra Fadli Zon, orasi oleh politisi PAN Zulkifli Hasan yang tendensius, Ijtima Ulama untuk pemilihan Presiden serta hadirnya tokoh-tokoh yang mendukung Capres 02.
"Bagi kami, acara doa bersama tentu sangat positif walaupun nuansa politisnya sangat tak bisa dihindarkan karena memakai embel-embel angka itu. Namun, jika doa bersama itu ternyata dipergunakan sebagai momentum untuk menyampaikan pesan-pesan politik, itu berarti sudah keluar dari nawaitunya," kata Ace.
Dia mengatakan dengan melihat nuansa acara itu, patut diduga acara itu merupakan bagian dari politisasi agama dan kampanye politik.
Apalagi, kata dia, penyelenggara acara tersebut merupakan tokoh-tokoh yang selama ini dikenal pendukung Capres tertentu.
"Bagi kami, kampanye politik itu itu boleh-boleh saja. Namun harus pada tempatnya. Kita semua sudah tahu peraturannya. Masyarakat juga sudah cerdas dalam menilai acara-acara seperti itu mengandung nuansa politik," jelas Ace.
Dia menilai Bawaslu harus bertindak sesuai dengan kewenangannya, tanpa harus menunggu laporan, karena Bawaslu DKI sendiri memantau langsung acara tersebut.
"Terlalu kentara bahwa acara itu berbau politik dengan yel-yel seperti kampanye," ujar Ace.
Baca juga: Waketum MUI berharap Malam Munajat 212 tidak bermuatan politik praktis
Baca juga: MUI minta Munajat 212 tetap jaga persaudaraan
"Acara Munajat 212 di Monas pada Kamis malam pada awalnya dimaksudkan sebagai acara keagamaan untuk berdoa bangsa. Sungguh mulia acara tersebut, namun ternyata acara itu diciderai dengan nuansa kampanye," kata Ace Hasan di Jakarta, Jumat.
Ace mengatakan nuansa kampanye dalam acara itu dibuktikan dengan salam dua jari yang dilakukan politisi Gerindra Fadli Zon, orasi oleh politisi PAN Zulkifli Hasan yang tendensius, Ijtima Ulama untuk pemilihan Presiden serta hadirnya tokoh-tokoh yang mendukung Capres 02.
"Bagi kami, acara doa bersama tentu sangat positif walaupun nuansa politisnya sangat tak bisa dihindarkan karena memakai embel-embel angka itu. Namun, jika doa bersama itu ternyata dipergunakan sebagai momentum untuk menyampaikan pesan-pesan politik, itu berarti sudah keluar dari nawaitunya," kata Ace.
Dia mengatakan dengan melihat nuansa acara itu, patut diduga acara itu merupakan bagian dari politisasi agama dan kampanye politik.
Apalagi, kata dia, penyelenggara acara tersebut merupakan tokoh-tokoh yang selama ini dikenal pendukung Capres tertentu.
"Bagi kami, kampanye politik itu itu boleh-boleh saja. Namun harus pada tempatnya. Kita semua sudah tahu peraturannya. Masyarakat juga sudah cerdas dalam menilai acara-acara seperti itu mengandung nuansa politik," jelas Ace.
Dia menilai Bawaslu harus bertindak sesuai dengan kewenangannya, tanpa harus menunggu laporan, karena Bawaslu DKI sendiri memantau langsung acara tersebut.
"Terlalu kentara bahwa acara itu berbau politik dengan yel-yel seperti kampanye," ujar Ace.
Baca juga: Waketum MUI berharap Malam Munajat 212 tidak bermuatan politik praktis
Baca juga: MUI minta Munajat 212 tetap jaga persaudaraan
Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Joko Susilo
Copyright © ANTARA 2019
Editor: Joko Susilo
Copyright © ANTARA 2019