Jakarta (ANTARA News) - Ketua Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Ali Masykur Musa mengatakan keberagaman etnis, agama dan budaya di Indonesia menjadi kekuatan bangsa.
"Oleh sebab itu semua masyarakatnya punya tanggung jawab besar merawat dan memelihara keberagaman tersebut," kata Ali Masykur dalam acara Refleksi Awal Tahun Persatuan Intelegensia Kristen Indonesia di Jakarta, Kamis.
Dia mengatakan negara yang hanya memiliki satu etnis saja, tidak menjadi jaminan masyarakatknya tidak akan terpecah belah, seperti Korea yang terbelah menjadi selatan dan utara.
Semua masyarakat perlu menyadari perbedaan suku dan agama di Indonesia adalah pemberian Allah, oleh sebab itu perdamaian antar umat agama harus dipelihara.
Dia meminta politik identitas sebaiknya tidak dibawa ke ranah politik, karena akan menjadi sumber konflik dan mereduksi kedalaman agama itu sendiri.
"Sekarang ini kalau tidak bawa agama ke dalam politik jadi tidak menarik, kemudian dikait-kaitkan dengan kitab suci. Padahal esensi dalam agama adalah menghilakan nafsu serakah, sementara politik cenderung serakah," kata dia.
Dia mengatakan kebhinekaan yang sudah tercabik maka akan sulit untuk diperbaiki, dengan merawat kebhinekaan maka akan tumbuh rasa nyaman pada masyarakatnya.
Baca juga: Capres diharapkan jaga komitmen keberagaman bangsa
Baca juga: 89,1 persen milenial optimistis dengan keberagaman Indonesia
"Oleh sebab itu semua masyarakatnya punya tanggung jawab besar merawat dan memelihara keberagaman tersebut," kata Ali Masykur dalam acara Refleksi Awal Tahun Persatuan Intelegensia Kristen Indonesia di Jakarta, Kamis.
Dia mengatakan negara yang hanya memiliki satu etnis saja, tidak menjadi jaminan masyarakatknya tidak akan terpecah belah, seperti Korea yang terbelah menjadi selatan dan utara.
Semua masyarakat perlu menyadari perbedaan suku dan agama di Indonesia adalah pemberian Allah, oleh sebab itu perdamaian antar umat agama harus dipelihara.
Dia meminta politik identitas sebaiknya tidak dibawa ke ranah politik, karena akan menjadi sumber konflik dan mereduksi kedalaman agama itu sendiri.
"Sekarang ini kalau tidak bawa agama ke dalam politik jadi tidak menarik, kemudian dikait-kaitkan dengan kitab suci. Padahal esensi dalam agama adalah menghilakan nafsu serakah, sementara politik cenderung serakah," kata dia.
Dia mengatakan kebhinekaan yang sudah tercabik maka akan sulit untuk diperbaiki, dengan merawat kebhinekaan maka akan tumbuh rasa nyaman pada masyarakatnya.
Baca juga: Capres diharapkan jaga komitmen keberagaman bangsa
Baca juga: 89,1 persen milenial optimistis dengan keberagaman Indonesia
Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019