Jakarta (ANTARA News) - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Suhardi Alius mengatakan telah memberikan masukan kepada Joko Widodo soal penanganan terorisme terkait materi debat capres pertama yang berlangsung Kamis malam ini.
"Kita sudah beri masukan apa yang kita kerjakan selama ini," kata Suhardi di sela-sela Rapat Kerja dan Penandatanganan Perjanjian Kinerja BNPT Tahun 2019, di Jakarta, Kamis.
Menurut dia, salah satu masukan yang diberikan adalah upaya penanggulangan terorisme melalui soft approach atau pendekatan secara halus seperti deradikalisasi dan pendidikan mengingat metode pendekatan ini diapresiasi dunia internasional.
"Bahkan kita menjadi role model, Indonesia menjadi role model pasca Presiden Jokowi menjadi pembicara di Riyadh di Arab Islamic American Summit tahun 2017. Penanganan terorisme tidak hanya pendekatan tunggal, yakni hard approach, tapi juga soft power approach," katanya.
Menurut dia, Jokowi sudah menguasai cara penanganan terorisme karena itu merupakan pidato Jokowi.
"Memang kami yang siapkan, tapi betul-betul speech beliau kebijakan yang sudah dikembangkan selama ini program deradikalisasi, termasuk kontranya," ujarnya.
Pendekatan secara halus ini salah satunya meliputi deradikalisasi dan sosialisasi melalui pendidikan. Tentunya hal tidak bisa dilakukan dengan BNPT semata, melainkan harus merangkul kementerian dan lembaga terkait.
"Kita mengidentifikasi hulu masalah, jangan bermain di hilir terus. Apa yang menyebabkan terorisme itu yang kita garap, kita sinergikan dengan kementerian dan badan terkait," ujarnya.
Sementara itu, Menko Polhukam Wiranto membenarkan pentingnya sinergitas antara lembaga terkait dalam menanggulangi terorisme. Dengan ditekannya peredaran terorisme di masyarakat dapat berpengaruh dengan kemanan dan sistem politik negara.
"Kita sekarang harus mempertahankan stabilitas politik dan keamanan. Karena ada korelasinya keamanan nggak beres, maka politik nggak beres," kata Wiranto.
Baca juga: Urutan dan waktu segmen debat capres nanti malam
Baca juga: Debat capres perdana di gelar malam ini
"Kita sudah beri masukan apa yang kita kerjakan selama ini," kata Suhardi di sela-sela Rapat Kerja dan Penandatanganan Perjanjian Kinerja BNPT Tahun 2019, di Jakarta, Kamis.
Menurut dia, salah satu masukan yang diberikan adalah upaya penanggulangan terorisme melalui soft approach atau pendekatan secara halus seperti deradikalisasi dan pendidikan mengingat metode pendekatan ini diapresiasi dunia internasional.
"Bahkan kita menjadi role model, Indonesia menjadi role model pasca Presiden Jokowi menjadi pembicara di Riyadh di Arab Islamic American Summit tahun 2017. Penanganan terorisme tidak hanya pendekatan tunggal, yakni hard approach, tapi juga soft power approach," katanya.
Menurut dia, Jokowi sudah menguasai cara penanganan terorisme karena itu merupakan pidato Jokowi.
"Memang kami yang siapkan, tapi betul-betul speech beliau kebijakan yang sudah dikembangkan selama ini program deradikalisasi, termasuk kontranya," ujarnya.
Pendekatan secara halus ini salah satunya meliputi deradikalisasi dan sosialisasi melalui pendidikan. Tentunya hal tidak bisa dilakukan dengan BNPT semata, melainkan harus merangkul kementerian dan lembaga terkait.
"Kita mengidentifikasi hulu masalah, jangan bermain di hilir terus. Apa yang menyebabkan terorisme itu yang kita garap, kita sinergikan dengan kementerian dan badan terkait," ujarnya.
Sementara itu, Menko Polhukam Wiranto membenarkan pentingnya sinergitas antara lembaga terkait dalam menanggulangi terorisme. Dengan ditekannya peredaran terorisme di masyarakat dapat berpengaruh dengan kemanan dan sistem politik negara.
"Kita sekarang harus mempertahankan stabilitas politik dan keamanan. Karena ada korelasinya keamanan nggak beres, maka politik nggak beres," kata Wiranto.
Baca juga: Urutan dan waktu segmen debat capres nanti malam
Baca juga: Debat capres perdana di gelar malam ini
Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2019
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2019