Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra Fadli Zon menilai tiga bulan merupakan waktu yang cukup untuk mengejar ketertinggalan elektabilitas Prabowo-Sandiaga dibandingkan Jokowi-Ma'ruf.
"Jangankan tiga bulan, bulan ini juga sudah pasti terkejar," kata Fadli di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu.
Hal itu dikatakannya terkait hasil survei Indikator yang menunjukkan pasangan capres-cawapres nomor urut 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin, memiliki elektabilitas 54,9 persen.
Angka itu unggul 20,1 persen dibandingkan dengan pasangan capres-cawapres nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, yang memiliki elektabilitas 34,8 persen.
Fadli mengatakan dirinya meyakini bulan Januari elektabilitas Prabowo-Sandi akan "menyalip" elektabilitas Jokowi-Ma'ruf dan di bulan Maret akan semakin solid.
"Saya kira ini akan memperkuat kemenangan Prabowo-Sandi," ujarnya.
Selain itu dia menilai berdasarkan survei internal Gerindra, jarak elektabilitas Jokowi-Ma'ruf dengan Prabowo-Sandi sudah tipis sehingga diyakini Januari ini sudah terlampaui.
Dia juga mengkritik hasil survei beberapa lembaga yang metodologinya perlu dievaluasi karena beberapa hasil surveinya tidak akurat.
"Misalnya di Pilkada Jawa Barat, pasangan Sudrajat- Syaikhu hasil lembaga survei menunjukkan elektabilitasnya 6-7 persen namun pada kenyataannya mencapi 29 persen. Di Pilkada Jateng juga begitu, Sudirman Said-Ida Fauziyah disurvei 10 persen namun kenyataannya meraih 42 persen," katanya.
Dia juga mencatat adanya persoalan integritas lembaga survei karena mereka selama ini tidak mau jujur siapa yang membiayai survei tersebut sehingga seharusnya deklarasi siapa yang membayar.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, mengatakan pasangan capres-cawapres Joko Widodo-Ma'ruf Amin meskipun saat ini memiliki elektabilitas 54,9 persen tapi masih belum aman untuk memenangkan pemilu presiden 2019.
"Masih tingginya swing voters yakni pemilih yang masih dapat merubah pilihannya yakni mencapai 25 persen, maka masih ada peluang pasangan capres-cawapres Prabowo-Sandi untuk memenangkan pemilu 2019," kata Burhanuddin di Jakarta, Selasa (8/1).
Burhan menjelaskan, kalau pemilu presiden diselenggarakan saat ini, maka pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin akan memenangkan pemilu presiden, tapi karena pemilu presiden diselenggarakan pada 17 April 2019 atau sekitar tiga bulan mendatang, maka elektabilitas 54,9 persen masih belum aman.
Baca juga: BPN Prabowo-Sandi yakin gaet milenial dalam debat pertama
Baca juga: Survei: Elektabilitas Jokowi-Ma'ruf 54,9 persen, Prabowo-Sandiaga 34,8 persen
Baca juga: Gerindra berikan catatan kritis penegakan hukum dan HAM
"Jangankan tiga bulan, bulan ini juga sudah pasti terkejar," kata Fadli di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu.
Hal itu dikatakannya terkait hasil survei Indikator yang menunjukkan pasangan capres-cawapres nomor urut 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin, memiliki elektabilitas 54,9 persen.
Angka itu unggul 20,1 persen dibandingkan dengan pasangan capres-cawapres nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, yang memiliki elektabilitas 34,8 persen.
Fadli mengatakan dirinya meyakini bulan Januari elektabilitas Prabowo-Sandi akan "menyalip" elektabilitas Jokowi-Ma'ruf dan di bulan Maret akan semakin solid.
"Saya kira ini akan memperkuat kemenangan Prabowo-Sandi," ujarnya.
Selain itu dia menilai berdasarkan survei internal Gerindra, jarak elektabilitas Jokowi-Ma'ruf dengan Prabowo-Sandi sudah tipis sehingga diyakini Januari ini sudah terlampaui.
Dia juga mengkritik hasil survei beberapa lembaga yang metodologinya perlu dievaluasi karena beberapa hasil surveinya tidak akurat.
"Misalnya di Pilkada Jawa Barat, pasangan Sudrajat- Syaikhu hasil lembaga survei menunjukkan elektabilitasnya 6-7 persen namun pada kenyataannya mencapi 29 persen. Di Pilkada Jateng juga begitu, Sudirman Said-Ida Fauziyah disurvei 10 persen namun kenyataannya meraih 42 persen," katanya.
Dia juga mencatat adanya persoalan integritas lembaga survei karena mereka selama ini tidak mau jujur siapa yang membiayai survei tersebut sehingga seharusnya deklarasi siapa yang membayar.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, mengatakan pasangan capres-cawapres Joko Widodo-Ma'ruf Amin meskipun saat ini memiliki elektabilitas 54,9 persen tapi masih belum aman untuk memenangkan pemilu presiden 2019.
"Masih tingginya swing voters yakni pemilih yang masih dapat merubah pilihannya yakni mencapai 25 persen, maka masih ada peluang pasangan capres-cawapres Prabowo-Sandi untuk memenangkan pemilu 2019," kata Burhanuddin di Jakarta, Selasa (8/1).
Burhan menjelaskan, kalau pemilu presiden diselenggarakan saat ini, maka pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin akan memenangkan pemilu presiden, tapi karena pemilu presiden diselenggarakan pada 17 April 2019 atau sekitar tiga bulan mendatang, maka elektabilitas 54,9 persen masih belum aman.
Baca juga: BPN Prabowo-Sandi yakin gaet milenial dalam debat pertama
Baca juga: Survei: Elektabilitas Jokowi-Ma'ruf 54,9 persen, Prabowo-Sandiaga 34,8 persen
Baca juga: Gerindra berikan catatan kritis penegakan hukum dan HAM
Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2019
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2019