Kupang (ANTARA News) - Pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Kupang, Dr Ahmad Atang, MSi mengatakan, partisipasi mahasiswa sebagai kelompok intelektual dalam pemilu sangat diperlukan untuk membangun kualitas demokrasi.
"Mahasiswa sebagai kelompok masyarakat terdidik, tentu memiliki pemikiran, persepsi politik dan kepekaan sosial yang tinggi sehingga partisipasinya dalam politik menjadi penting untuk membangun kualitas demokrasi," kata Ahmad Atang kepada Antara di Kupang, Kamis.
Dia mengemukakan hal itu berkaitan dengan pernyataan Ketua Garda Muda Nasdem Prananda Surya Paloh yang mengimbau para mahasiswa untuk tidak golput pada Pemilu 2019 dan mengapa mahasiswa menjadi sasaran imbauan partai politik.
Prananda Surya Paloh mengimbau para mahasiswa untuk tidak golput pada Pemilu 2019 saat memberikan kuliah umum di Kampus Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Jumat (30/11).
Namun demikian, menurut Ahmad Atang,dalam aras politik pemilihan umum, mahasiswa selalu menempatkan diri sebagai pemilih rasional.
Dengan demikian, mahasiswa selalu melihat figur-figur politisi yang tampil untuk dipilih, apakah dapat menyelesaikan permasalahan bangsa atau tidak.
Dia mengatakan, fakta menunjukan bahwa politisi yang terpilih justru menjadi bandit demokrasi, sehingga dapat membangun persepsi negatif di kalangan mahasiswa.
Semakin tinggi persepsi negatif mahasiswa terhadap praktik politik dan demokrasi yang anomali, maka golput menjadi pilihan politik mahasiswa.
Disamping itu,mahasiswa juga memiliki sikap skeptis terhadap kekuasaan politik.
Menurut dia, sikap ini sebagai respon terhadap fenomena aktual hari ini bahwa, kekuasaan selalu dekat dengan praktik KKN, sehingga mahasiswa selalu tidak percaya terhadap kekuasaan.
"Jika ini yang terjadi maka apatisme mahasiswa merupakan jawaban terhadap ketidakikutsertaan mereka pada pemilu," katanya.
Dia menambahkan, dalam sebuah negara demokrasi, apabila kalangan terdidik mengambil jarak dengan politik praktis, maka sebenarnya ada yang salah dalam pengelolaan demokrasi.
Karena itu, tidak salah jika Ketua Darda Pemuda Nasdem mengajak mahasiswa untuk tidak golput sebagai bagian dari tanggung jawab partai dalam pendidikan politik rakyat.
Salah satunya adalah mengajak mahasiswa untuk berpartisipasi dalam pemilu, kata mantan Pembantu Rektor I Universitas Muhammadiyah Kupang (UMK) itu.
Baca juga: Konsolidasi mahasiswa pertanian hasilkan deklarasi Bogor
Baca juga: Santri dan mahasiswa di Salatiga deklarasi anti-hoaks
Baca juga: Inovasi beton mahasiswa UKP jadi juara internasional
"Mahasiswa sebagai kelompok masyarakat terdidik, tentu memiliki pemikiran, persepsi politik dan kepekaan sosial yang tinggi sehingga partisipasinya dalam politik menjadi penting untuk membangun kualitas demokrasi," kata Ahmad Atang kepada Antara di Kupang, Kamis.
Dia mengemukakan hal itu berkaitan dengan pernyataan Ketua Garda Muda Nasdem Prananda Surya Paloh yang mengimbau para mahasiswa untuk tidak golput pada Pemilu 2019 dan mengapa mahasiswa menjadi sasaran imbauan partai politik.
Prananda Surya Paloh mengimbau para mahasiswa untuk tidak golput pada Pemilu 2019 saat memberikan kuliah umum di Kampus Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Jumat (30/11).
Namun demikian, menurut Ahmad Atang,dalam aras politik pemilihan umum, mahasiswa selalu menempatkan diri sebagai pemilih rasional.
Dengan demikian, mahasiswa selalu melihat figur-figur politisi yang tampil untuk dipilih, apakah dapat menyelesaikan permasalahan bangsa atau tidak.
Dia mengatakan, fakta menunjukan bahwa politisi yang terpilih justru menjadi bandit demokrasi, sehingga dapat membangun persepsi negatif di kalangan mahasiswa.
Semakin tinggi persepsi negatif mahasiswa terhadap praktik politik dan demokrasi yang anomali, maka golput menjadi pilihan politik mahasiswa.
Disamping itu,mahasiswa juga memiliki sikap skeptis terhadap kekuasaan politik.
Menurut dia, sikap ini sebagai respon terhadap fenomena aktual hari ini bahwa, kekuasaan selalu dekat dengan praktik KKN, sehingga mahasiswa selalu tidak percaya terhadap kekuasaan.
"Jika ini yang terjadi maka apatisme mahasiswa merupakan jawaban terhadap ketidakikutsertaan mereka pada pemilu," katanya.
Dia menambahkan, dalam sebuah negara demokrasi, apabila kalangan terdidik mengambil jarak dengan politik praktis, maka sebenarnya ada yang salah dalam pengelolaan demokrasi.
Karena itu, tidak salah jika Ketua Darda Pemuda Nasdem mengajak mahasiswa untuk tidak golput sebagai bagian dari tanggung jawab partai dalam pendidikan politik rakyat.
Salah satunya adalah mengajak mahasiswa untuk berpartisipasi dalam pemilu, kata mantan Pembantu Rektor I Universitas Muhammadiyah Kupang (UMK) itu.
Baca juga: Konsolidasi mahasiswa pertanian hasilkan deklarasi Bogor
Baca juga: Santri dan mahasiswa di Salatiga deklarasi anti-hoaks
Baca juga: Inovasi beton mahasiswa UKP jadi juara internasional
Pewarta: Bernadus Tokan
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2018
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2018