Jakarta (ANTARA News) - Calon Wakil Presiden RI nomor urut 01, KH Ma'ruf Amin membuat seluruh undangan tertawa saat menyampaikan pengantar pada kuliah umum di Rajaratnam School of Internasional Studies Nanyang Technological University (RSiS NTU), Singapura, Rabu.
Pada kuliah umum yang dihadiri sekitar 150 undangan tersebut, Ma’ruf Amin membuka kuliah umum dengan mengatakan, "Mungkin ini pertama kali ada pemakalah di kesempatan (public lecture) ini yang memakai sarung," kata Ma'ruf Amin seperti dikutip melalui siaran pers, yang diterima di Jakarta, Rabu. Para undangan yang hadir pun menjadi tertawa dan bertepuk tangan.
Profesor bidang Hukum Ekonomi Islam dari Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim (Maliki) Malang, Jawa Timur ini kemudian melanjutkan kata-katanya, "Saya kebetulan sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia dan juga Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. Jadi, sarung ini (salah satu) pakaian ulama Indonesia,” kata Ma'ruf Amin.
"Kebetulan waktu saya dipilih Pak Jokowi sebagai calon wakil presiden, saya tanya beliau, Pak Jokowi, apa saya harus ganti kostum?”. Para hadirin kembali tertawa terbahak. "Beliau mengatakan, Pak Kiai tetap saja tampil sebagai ulama. Karena itu, di mana pun sepanjang tidak dilarang, saya akan memakai sarung, walaupun saya juga punya celana.” Hadirin kembali tertawa terpingkal-pingkal.
Alumni Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur ini kemudian membaca pidato kuliah umumnya. Sesekali, Kiai Ma’ruf bicara lepas di sela membaca pidato, dengan menyelipkan penjelasan tambahan, tambahan pernyataan yang mengutip ayat Al Qur'an, Hadits, dan pernyataan dalam bahasa Arab diselingi dengan joke khas kiai NU, sambil tersenyum.
Seri Kuliah Umum Pemimpin Indonesia (Public Lecture Indonesian Leaders Series) diselenggarakan RSiS-NTU (S. Rajaratnam School of Internasional Studies – Nanyang Technological University), di Ruang Taurus & Leo, Lantai 1, Hotel Marina Mandarin, Singapura, selama sekitar 90 menit, mulai pukul 15.30 waktu setempat sampai 17.00.
Acara dibuka dan dipandu oleh Prof. Dr. Tan Sie Ceng, Head of Institute of Defence and Strategic Studies (IDSS), RSiS. Public Lecture itu dihadiri tak kurang dari 150 peserta terdaftar, dan beberapa peserta yang masuk tanpa mencatatkan nama di absensi.
Beberapa tokoh Indonsia yang tampak hadir, antara lain, mantan Gubernur Sumsel Alex Noerdin dan mantan Gubernur BI Soedrajad Djiwandono. Peserta bukan hanya dari kalangan akademisi dan peneliti, tapi juga dari pimpinan beberapa bank, pelaku bisnis, Kamar Dagang Singapura, pimpinan beberapa perusahaan multinasional, dan sebagainya.
Banyak peserta yang mengacungkan tangan untuk merespons, tapi hanya lima orang yang mendapat kesempatan untuk bertanya karena keterbatasan waktu. Mulai soal strategi menghadapi radikalisme, perbandingan dengan teori ashabiyah Ibnu Khaldun (kebetulan Kiai Ma’ruf pernah kuliah di Universitas Ibnu Chaldun Jakarta), kesetaraan gender dalam perspektif Islam Wasathiyah, sampai soal strategi Kiai Ma’ruf dalam Pilres untuk menghadapi pemilih milenial, mengingat usia Kiai Ma’ruf sudah tua.
Baca juga: Ma'ruf Amin ajak publik Singapura promosikan Islam Wasathiyah
Baca juga: Ma'ruf Amin bicara Islam moderat di Singapura
Baca juga: Ma'ruf Amin bertemu PM Singapura Lee Hsien Loong
Pada kuliah umum yang dihadiri sekitar 150 undangan tersebut, Ma’ruf Amin membuka kuliah umum dengan mengatakan, "Mungkin ini pertama kali ada pemakalah di kesempatan (public lecture) ini yang memakai sarung," kata Ma'ruf Amin seperti dikutip melalui siaran pers, yang diterima di Jakarta, Rabu. Para undangan yang hadir pun menjadi tertawa dan bertepuk tangan.
Profesor bidang Hukum Ekonomi Islam dari Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim (Maliki) Malang, Jawa Timur ini kemudian melanjutkan kata-katanya, "Saya kebetulan sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia dan juga Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. Jadi, sarung ini (salah satu) pakaian ulama Indonesia,” kata Ma'ruf Amin.
"Kebetulan waktu saya dipilih Pak Jokowi sebagai calon wakil presiden, saya tanya beliau, Pak Jokowi, apa saya harus ganti kostum?”. Para hadirin kembali tertawa terbahak. "Beliau mengatakan, Pak Kiai tetap saja tampil sebagai ulama. Karena itu, di mana pun sepanjang tidak dilarang, saya akan memakai sarung, walaupun saya juga punya celana.” Hadirin kembali tertawa terpingkal-pingkal.
Alumni Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur ini kemudian membaca pidato kuliah umumnya. Sesekali, Kiai Ma’ruf bicara lepas di sela membaca pidato, dengan menyelipkan penjelasan tambahan, tambahan pernyataan yang mengutip ayat Al Qur'an, Hadits, dan pernyataan dalam bahasa Arab diselingi dengan joke khas kiai NU, sambil tersenyum.
Seri Kuliah Umum Pemimpin Indonesia (Public Lecture Indonesian Leaders Series) diselenggarakan RSiS-NTU (S. Rajaratnam School of Internasional Studies – Nanyang Technological University), di Ruang Taurus & Leo, Lantai 1, Hotel Marina Mandarin, Singapura, selama sekitar 90 menit, mulai pukul 15.30 waktu setempat sampai 17.00.
Acara dibuka dan dipandu oleh Prof. Dr. Tan Sie Ceng, Head of Institute of Defence and Strategic Studies (IDSS), RSiS. Public Lecture itu dihadiri tak kurang dari 150 peserta terdaftar, dan beberapa peserta yang masuk tanpa mencatatkan nama di absensi.
Beberapa tokoh Indonsia yang tampak hadir, antara lain, mantan Gubernur Sumsel Alex Noerdin dan mantan Gubernur BI Soedrajad Djiwandono. Peserta bukan hanya dari kalangan akademisi dan peneliti, tapi juga dari pimpinan beberapa bank, pelaku bisnis, Kamar Dagang Singapura, pimpinan beberapa perusahaan multinasional, dan sebagainya.
Banyak peserta yang mengacungkan tangan untuk merespons, tapi hanya lima orang yang mendapat kesempatan untuk bertanya karena keterbatasan waktu. Mulai soal strategi menghadapi radikalisme, perbandingan dengan teori ashabiyah Ibnu Khaldun (kebetulan Kiai Ma’ruf pernah kuliah di Universitas Ibnu Chaldun Jakarta), kesetaraan gender dalam perspektif Islam Wasathiyah, sampai soal strategi Kiai Ma’ruf dalam Pilres untuk menghadapi pemilih milenial, mengingat usia Kiai Ma’ruf sudah tua.
Baca juga: Ma'ruf Amin ajak publik Singapura promosikan Islam Wasathiyah
Baca juga: Ma'ruf Amin bicara Islam moderat di Singapura
Baca juga: Ma'ruf Amin bertemu PM Singapura Lee Hsien Loong
Pewarta: Riza Harahap
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018