KPU Bali rangkum tingkat partisipasi di pemungutan suara ulang

Delapan parpol penuhi ambang batas parlemen, PDIP suara terbanyak
Anggota KPU Provinsi Bali I Gede John Darmawan. ANTARA/Ni Putu Putri Muliantari
Denpasar (ANTARA) - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Bali merangkum tingkat partisipasi pemilih yang hadir saat pemungutan suara ulang (PSU) di lima tempat pemungutan suara (TPS) di Kabupaten Buleleng dan Gianyar.

"Kalau di empat TPS yang ada di Buleleng, dua TPS di Desa Pedawa itu naik pemilihnya. Sementara itu, di dua TPS di Temukus itu hasilnya turun," kata anggota KPU Provinsi Bali I Gede John Darmawan di Denpasar, Rabu.

John menyebut pada PSU Buleleng yang berlangsung Selasa (20/2) di TPS 5 Desa Pedawa dari 292 daftar pemilih tetap (DPT) sebanyak 217 hadir atau 74 persen, sementara di TPS 6 Desa Pedawa dari 274 DPT sebanyak 229 DPT hadir atau 83 persen.

Sementara itu, di TPS 5 Desa Temukus dari 248 DPT hanya 85 orang yang hadir, sedangkan di TPS 6 Desa Temukus dari 283 DPT hanya 139 yang menggunakan hak pilihnya.

Pemungutan suara ulang di Kabupaten Gianyar TPS 14 Desa Pering, Rabu pagi, pihaknya mencatat dari 271 DPT kehadiran pemilih hanya 119 orang.

Kepada media, John mengatakan bahwa tingkat partisipasi yang berbeda situasinya di lima TPS kemungkinan terjadi karena jenis surat suara yang mereka coblos. Di Desa Pedawa surat yang diulang untuk pemilihan DPRD kabupaten, sedangkan sisanya Pemilu Presiden dan Wakil Presiden RI.

"Memang surat suaranya juga berbeda. Untuk di Pedawa, DPRD kabupaten, jadi mungkin ada persaingan suara antar-caleg dan mungkin juga ada ajakan kembali untuk memilih ke TPS. Untuk pilpres, mungkin karena sudah tahu hasilnya (hasil hitung sementara). Akan tetapi, saya tidak tahu seperti apa persepsi dari pemilih," ujarnya.

Baca juga: Bawaslu tegaskan PSU untuk memastikan kemurnian hak pilih
Baca juga: Prabowo menang kembali pada pemungutan suara ulang Trenggalek


Ia mengatakan bahwa pihaknya mengakui sebagian besar lokasi pemungutan ulang mengalami penurunan tingkat partisipasi jika dibandingkan dengan pelaksanaan Pemilu 2024, 14 Februari lalu. Hal ini disebabkan oleh hari kerja dan sekolah yang berbenturan.

Dari pantauan mereka di TPS, banyak pemilih yang hadir menggunakan seragam kerja. Mereka mengapresiasi kehadiran pemilih di sela-sela kesibukan atau hendak berangkat bekerja.

"Jadi, mereka menyempatkan diri untuk hadir ke TPS dahulu. Selebihnya, mungkin karena memang aturan jam kerja mulai pagi atau mungkin anak sekolah juga sekolah, itu yang menyebabkan tingkat partisipasinya menurun," kata Gede John.

Hingga saat ini penyelenggara belum menghitung keseluruhan tingkat partisipasi pemilih pada Pemilu 2024. Kendati demikian, pihaknya menargetkan peningkatan jumlah pengguna surat suara dari Pemilu 2019 sebanyak 82 persen menjadi 83 persen.

Menyinggung soal minimnya kehadiran pemilih pada pemungutan suara ulang akan berpengaruh, John mengatakan bahwa tingkat kehadiran pemilih pada PSU tak begitu berpengaruh. Hal ini baru terlihat angka pastinya saat rekapitulasi tingkat kecamatan berakhir.

"Dari pandangan mata, saya berani menyatakan bahwa di atas 70 persen. Kalau di 80, kami masih lihat angka total riilnya berapa," ucapnya.

Terkait dengan penurunan tingkat partisipasi di TPS PSU, dia memperkirakan tidak akan berpengaruh cukup besar persentase pengurangannya jika dibandingkan dengan 12.809 TPS yang ada.
Pewarta:
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2024
MUI minta semua pihak hormati dan beri ruang kritis rekapitulasi suara Sebelumnya

MUI minta semua pihak hormati dan beri ruang kritis rekapitulasi suara

Logistik Pilkada untuk Kabupaten Tangerang mulai didistribusikan ke TPS Selanjutnya

Logistik Pilkada untuk Kabupaten Tangerang mulai didistribusikan ke TPS