Jakarta (ANTARA) - Dokter sekaligus Dosen Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler Universitas Airlangga Surabaya, Andrianto, menyarankan petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang bertugas pada Pemilu 2024 untuk mengatur jam istirahat hingga asupan gizi.
“Harus mengatur beban agar tidak berlebihan. Pengaturan jam istirahat harus sedemikian rupa sehingga tubuh ada fase untuk recovery (pemulihan). Kedua, kecukupan gizi juga menjadi penunjang,” katanya dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa.
Ia menegaskan, meski saat ini anggota KPPS telah menunjukkan surat keterangan sehat saat mendaftar, bukan berarti kejadian di tahun 2019 di mana banyak petugas KPPS yang gugur karena kelelahan tidak akan kembali terulang.
Menurut Andrianto, surat sehat tersebut tidak bisa menjamin, mengingat kebanyakan penyakit bawaan, utamanya kardiovaskular (menyerang jantung dan pembuluh darah) bersifat asymptomatic atau tanpa gejala.
“Penyakit-penyakit kardiovaskular sendiri banyak asymptomatic atau tanpa gejala, itulah yang perlu menjadi kewaspadaan,” ujar dia.
Agar dapat melakukan pekerjaan ekstra, lanjut dia, petugas KPPS harus memiliki kesiapan fisik dan mental, sejak sebelum hingga berakhirnya pelaksanaan tugas anggota KPPS.
Baca juga: Gubernur Kepri sebut fasilitas kesehatan buka 24 jam saat Pemilu 2024
Baca juga: Dinkes Bali pastikan puskesmas siap 24 jam untuk petugas pemilu
“Jangan sampai kelelahan sebelum hari pelaksanaan, meski kita sama-sama sadar bahwa persiapannya tidak ringan. Maka, perlu manajemen waktu istirahat yang baik, tahu kapan waktu kerja dan kapan waktunya istirahat,” paparnya.
Ia juga mengemukakan, pengaturan jam istirahat dan asupan gizi juga berlaku saat pelaksanaan pemilu, meski beban saat penyelenggaraan tentu lebih tinggi dari sebelumnya, KPPS bisa menyiasati untuk menyediakan waktu meski hanya sebentar untuk memulihkan tenaga.
Andrianto juga tidak menyarankan petugas KPPS melakukan doping, atau mengonsumsi obat-obatan tertentu untuk memperkuat tubuh selama bertugas.
“Tidak perlu doping. Justru kalau sistem doping, tubuh tidak dalam keadaan fit, dan teraktivasi berlebihan, nanti akan kontraproduktif,” ucapnya.
Kemudian, ia juga menekankan agar petugas KPPS dapat mengenali dirinya sendiri, utamanya ketika tubuh sudah mengirimkan sinyal kelelahan atau tidak sehat.
“Jika sinyal itu mengganggu seperti kelelahan, ngos-ngosan, dan berdebar, maka patut waspada dan segera kunjungi fasilitas kesehatan. Semakin singkat kita memanfaatkan waktu, maka jantung kita tidak akan bekerja lebih keras dan dapat menghindari keadaan yang lebih buruk,” tuturnya.
Baca juga: Kecamatan Johar Baru berkoordinasi siagakan petugas pantau kesehatan KPPS
Baca juga: Pemkot Tangsel pastikan perlindungan bagi petugas KPPS
Baca juga: Dinkes Mataram siapkan tim medis jamin kesehatan petugas KPPS
“Harus mengatur beban agar tidak berlebihan. Pengaturan jam istirahat harus sedemikian rupa sehingga tubuh ada fase untuk recovery (pemulihan). Kedua, kecukupan gizi juga menjadi penunjang,” katanya dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa.
Ia menegaskan, meski saat ini anggota KPPS telah menunjukkan surat keterangan sehat saat mendaftar, bukan berarti kejadian di tahun 2019 di mana banyak petugas KPPS yang gugur karena kelelahan tidak akan kembali terulang.
Menurut Andrianto, surat sehat tersebut tidak bisa menjamin, mengingat kebanyakan penyakit bawaan, utamanya kardiovaskular (menyerang jantung dan pembuluh darah) bersifat asymptomatic atau tanpa gejala.
“Penyakit-penyakit kardiovaskular sendiri banyak asymptomatic atau tanpa gejala, itulah yang perlu menjadi kewaspadaan,” ujar dia.
Agar dapat melakukan pekerjaan ekstra, lanjut dia, petugas KPPS harus memiliki kesiapan fisik dan mental, sejak sebelum hingga berakhirnya pelaksanaan tugas anggota KPPS.
Baca juga: Gubernur Kepri sebut fasilitas kesehatan buka 24 jam saat Pemilu 2024
Baca juga: Dinkes Bali pastikan puskesmas siap 24 jam untuk petugas pemilu
“Jangan sampai kelelahan sebelum hari pelaksanaan, meski kita sama-sama sadar bahwa persiapannya tidak ringan. Maka, perlu manajemen waktu istirahat yang baik, tahu kapan waktu kerja dan kapan waktunya istirahat,” paparnya.
Ia juga mengemukakan, pengaturan jam istirahat dan asupan gizi juga berlaku saat pelaksanaan pemilu, meski beban saat penyelenggaraan tentu lebih tinggi dari sebelumnya, KPPS bisa menyiasati untuk menyediakan waktu meski hanya sebentar untuk memulihkan tenaga.
Andrianto juga tidak menyarankan petugas KPPS melakukan doping, atau mengonsumsi obat-obatan tertentu untuk memperkuat tubuh selama bertugas.
“Tidak perlu doping. Justru kalau sistem doping, tubuh tidak dalam keadaan fit, dan teraktivasi berlebihan, nanti akan kontraproduktif,” ucapnya.
Kemudian, ia juga menekankan agar petugas KPPS dapat mengenali dirinya sendiri, utamanya ketika tubuh sudah mengirimkan sinyal kelelahan atau tidak sehat.
“Jika sinyal itu mengganggu seperti kelelahan, ngos-ngosan, dan berdebar, maka patut waspada dan segera kunjungi fasilitas kesehatan. Semakin singkat kita memanfaatkan waktu, maka jantung kita tidak akan bekerja lebih keras dan dapat menghindari keadaan yang lebih buruk,” tuturnya.
Baca juga: Kecamatan Johar Baru berkoordinasi siagakan petugas pantau kesehatan KPPS
Baca juga: Pemkot Tangsel pastikan perlindungan bagi petugas KPPS
Baca juga: Dinkes Mataram siapkan tim medis jamin kesehatan petugas KPPS
Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024