Jakarta (ANTARA) - Analis politik dari Exposit Strategic Arif Susanto mengatakan calon pemilih pada kontestasi Pemilu 2024 perlu memiliki tiga modal penting, yaitu bersikap cerdas, menjadi oportunis, dan berpikir kritis.
"Pemilih memiliki kewajiban bukan hanya memastikan bahwa pilihannya tepat, tetapi proses panjang tentang bagaimana menimbang pemimpin, antara lain dipengaruhi rekam jejak, jadi penting bagi pemilih untuk tahu siapa yang akan dipilih," kata Arif dalam diskusi media 'Capres dan Kinerja: Kala Rekam Jejak jadi Acuan' yang dipantau secara daring di Jakarta, Jumat.
Ia mengatakan, salah satu modal penting para pemimpin adalah keterkenalan. Namun, keterkenalan tidak menjamin orang-orang memiliki rekam jejak yang bagus dalam aktivisme sosial, sehingga pemilih harus bisa lebih cerdas dalam menentukan pilihan.
Modal kedua yang diperlukan adalah oportunis. Arif menjelaskan, setiap pemilih memiliki preferensi kepentingan, misalnya, kalangan buruh yang memiliki kepentingan peningkatan kesejahteraan bagi buruh.
Karena memiliki preferensi yang berbeda-beda, pemilih harus bersikap oportunis dengan membandingkan tawaran kebijakan tiap calon pemimpin dari kacamata masyarakat luas, bukan sekadar kepentingan sendiri.
Baca juga: NU dan Muhammadiyah berharap pilpres tetap kondusif hingga selesai
Baca juga: Muhaimin minta warga NU untuk renungkan 3 capres-cawapres terbaik
"Bayangkan, misalnya, saya menghendaki pemimpin yang pandai menyanyi. Kalau itu saya lakukan, saya akan memilih pemimpin yang pandai menyanyi meskipun dia tidak pandai mengelola negara. Dampaknya, teman-teman di kanan-kiri saya akan menikmati periode yang buruk karena pemimpin yang pandai menyanyi ternyata tidak pandai mengelola negara. Itu yang harus ditimbang," ujarnya.
Terakhir, menurutnya, calon pemilih harus bersikap kritis terhadap kebijakan dan sosok calon pemimpin yang akan dipilih.
"Menjadi pemilih itu harus kritikal. Kalau kritikal itu sikap dasarnya ada dua. Kalau calon pemimpin yang dia idolakan itu benar, maka dia memberikan apresiasi. Sebaliknya, kalau keliru, ya dikritik," kata dia.
Diketahui, KPU RI telah menetapkan peserta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2024, yakni pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar nomor urut 1, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka nomor urut 2, dan Ganjar Pranowo-Mahfud Md. nomor urut 3.
Setelah masa kampanye mulai 28 November 2023 hingga 10 Februari 2024, masa tenang pada tanggal 11—13 Februari. Selang sehari, 14 Februari 2024, pemungutan suara pileg, termasuk Pemilu Anggota DPD RI, bersamaan dengan Pilpres 2024.
"Pemilih memiliki kewajiban bukan hanya memastikan bahwa pilihannya tepat, tetapi proses panjang tentang bagaimana menimbang pemimpin, antara lain dipengaruhi rekam jejak, jadi penting bagi pemilih untuk tahu siapa yang akan dipilih," kata Arif dalam diskusi media 'Capres dan Kinerja: Kala Rekam Jejak jadi Acuan' yang dipantau secara daring di Jakarta, Jumat.
Ia mengatakan, salah satu modal penting para pemimpin adalah keterkenalan. Namun, keterkenalan tidak menjamin orang-orang memiliki rekam jejak yang bagus dalam aktivisme sosial, sehingga pemilih harus bisa lebih cerdas dalam menentukan pilihan.
Modal kedua yang diperlukan adalah oportunis. Arif menjelaskan, setiap pemilih memiliki preferensi kepentingan, misalnya, kalangan buruh yang memiliki kepentingan peningkatan kesejahteraan bagi buruh.
Karena memiliki preferensi yang berbeda-beda, pemilih harus bersikap oportunis dengan membandingkan tawaran kebijakan tiap calon pemimpin dari kacamata masyarakat luas, bukan sekadar kepentingan sendiri.
Baca juga: NU dan Muhammadiyah berharap pilpres tetap kondusif hingga selesai
Baca juga: Muhaimin minta warga NU untuk renungkan 3 capres-cawapres terbaik
"Bayangkan, misalnya, saya menghendaki pemimpin yang pandai menyanyi. Kalau itu saya lakukan, saya akan memilih pemimpin yang pandai menyanyi meskipun dia tidak pandai mengelola negara. Dampaknya, teman-teman di kanan-kiri saya akan menikmati periode yang buruk karena pemimpin yang pandai menyanyi ternyata tidak pandai mengelola negara. Itu yang harus ditimbang," ujarnya.
Terakhir, menurutnya, calon pemilih harus bersikap kritis terhadap kebijakan dan sosok calon pemimpin yang akan dipilih.
"Menjadi pemilih itu harus kritikal. Kalau kritikal itu sikap dasarnya ada dua. Kalau calon pemimpin yang dia idolakan itu benar, maka dia memberikan apresiasi. Sebaliknya, kalau keliru, ya dikritik," kata dia.
Diketahui, KPU RI telah menetapkan peserta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2024, yakni pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar nomor urut 1, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka nomor urut 2, dan Ganjar Pranowo-Mahfud Md. nomor urut 3.
Setelah masa kampanye mulai 28 November 2023 hingga 10 Februari 2024, masa tenang pada tanggal 11—13 Februari. Selang sehari, 14 Februari 2024, pemungutan suara pileg, termasuk Pemilu Anggota DPD RI, bersamaan dengan Pilpres 2024.
Pewarta: Nadia Putri Rahmani
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2024
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2024