Kampanye digital, 'buzzer' dan distorsi narasi jadi makanan gen Z

Delapan parpol penuhi ambang batas parlemen, PDIP suara terbanyak
Akademisi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Gagas Gayuh Aji. ANTARA/Dokumen Pribadi
Keberadaan informasi yang mudah diakses secara digital menjadi poin kunci dalam pertimbangan mereka
Surabaya (ANTARA) - Akademisi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Gagas Gayuh Aji menyebut jika saat ini kampanye digital, buzzer dan distorsi narasi sudah menjadi makanan sehari-hari generasi Z atau gen Z.

"Hal tersebut berdasarkan penelitian tim litbang Kolokium.id. dengan mayoritas responden dari kalangan anak muda berusia 17-30 tahun," kata Gagas di Surabaya, Jawa Timur, Rabu.

Seperti diketahui, kini politik Tanah Air dipenuhi warna oleh generasi Z dan milenial. Data KPU menyebut bahwa 55 persen dari pemilih pada Pemilu 2024 didominasi oleh generasi muda.

Gagas mengatakan data internal Kolokium.id menyoroti fakta bahwa perempuan mendominasi layar gawai dan menjadi pilar utama dalam memengaruhi dinamika politik Indonesia.

Jauh dari stereotip yang menganggap generasi muda sebagai pemilih yang impulsif, data Kolokium.id yang merupakan penelitian Gagas bersama Candika Wira Angga, dan Hari Widodo menggambarkan suatu realitas yang lebih kompleks.

"Mayoritas dari generasi ini cermat dalam menilai visi, misi, dan rekam jejak calon presiden dan wakil presiden. Keberadaan informasi yang mudah diakses secara digital menjadi poin kunci dalam pertimbangan mereka," tuturnya.

Baca juga: Pemilu 2024 atau pemilu milenial

Baca juga: Ravindra: Hilirisasi digital adalah syarat menuju Indonesia Emas 2045


Seiring berjalan-nya waktu, data internal Kolokium.id mencatat bahwa hingga 31 Januari 2024, sebanyak 69,9 persen dari generasi muda ini telah memantapkan keyakinan tinggi terhadap pilihan politiknya.

Namun, sisanya masih meraba-raba, diperparah oleh ketidakpuasan terhadap kandidat dan partai, serta keraguan terhadap sistem politik Indonesia yang eksisting.

"Kampanye yang meraih perhatian tertinggi di kalangan responden adalah debat calon dengan angka 74,8 persen, diikuti oleh konten media sosial sebesar 73,8 persen," ujar Gagas.

Ia menilai bahwa media sosial menjadi sarana utama bagi generasi muda untuk merajut kisah politik mereka. Generasi ini tidak hanya sebagai pemilih pasif, melainkan juga sebagai produsen dan konsumen konten politik.

"Penggunaan media sosial oleh gen Z tidak hanya sekadar tren, tapi juga membentuk landasan perilaku dan pandangan politik mereka," kata Dosen Manajemen Perkantoran Digital Fakultas Vokasi Unair tersebut.

Tak hanya itu, di tengah cemerlang-nya media sosial, terdapat juga permasalahan serius terkait etika digital dan peran buzzer yang semakin membesar. Fenomena buzzer, dengan kepiawaiannya menyebarkan narasi yang mendukung pihak tertentu, menciptakan lingkungan informasi yang terdistorsi.

"Permasalahan etika digital dan peran buzzer telah mencoreng warna cerah media sosial. Informasi yang disajikan seringkali tidak netral dan terkadang menyimpang dari fakta," ujarnya.

Dalam menghadapi kompleksitas ini, ia mengajak untuk lebih berhati-hati dan kritis dalam menyikapi informasi yang beredar di dunia maya.

Baca juga: Ahli: Literasi baik penting guna kelola informasi medsos kala kampanye

Baca juga: Kominfo-Bawaslu bentuk satgas awasi kampanye di ruang digital


"Etika digital bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi juga masyarakat secara keseluruhan untuk memastikan bahwa informasi yang disajikan adalah cerminan kebenaran, bukan hasil manipulasi buzzer," tuturnya.

Dengan fakta bahwa 55 persen pemilih di Pemilu 2024 didominasi oleh generasi muda, kompleksitas tinggi dalam perjalanan politik tanah air semakin nyata. Dinamika ini menuntut para pemilih muda untuk tetap kritis dan cerdas dalam menyikapi informasi serta menentukan pilihan politiknya.

"Masa depan politik Indonesia semakin diwarnai oleh nuansa yang penuh kompleksitas dan misteri, seiring dengan perubahan landscape politik yang terus berkembang," ucapnya.

Sebelumnya, KPU RI mengumumkan peserta Pemilu 2024 sebanyak 18 partai politik nasional, yakni (sesuai dengan nomor urut) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Gerindra, PDI Perjuangan, Partai Golkar, Partai NasDem, Partai Buruh, dan Partai Gelora Indonesia.

Berikutnya, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Kebangkitan Nusantara (PKN), Partai Hanura, Partai Garuda, Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Demokrat, Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Partai Perindo, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai Ummat.

Selain itu, pemilu anggota legislatif (pileg) juga diikuti enam partai politik lokal, yakni Partai Nanggroe Aceh, Partai Generasi Atjeh Beusaboh Tha'at dan Taqwa, Partai Darul Aceh, Partai Aceh, Partai Adil Sejahtera Aceh, dan Partai Soliditas Independen Rakyat Aceh.

Pemungutan suara pileg, termasuk Pemilu Anggota DPD RI, secara serentak dengan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2024 pada tanggal 14 Februari 2024.

KPU RI juga telah menetapkan peserta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2024, yakni pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar nomor urut 1, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka nomor urut 2, dan Ganjar Pranowo-Mahfud Md. nomor urut 3.
Pewarta:
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2024
TPN: Ganjar-Mahfud punya komitmen atasi pinjol ITB Sebelumnya

TPN: Ganjar-Mahfud punya komitmen atasi pinjol ITB

Logistik Pilkada untuk Kabupaten Tangerang mulai didistribusikan ke TPS Selanjutnya

Logistik Pilkada untuk Kabupaten Tangerang mulai didistribusikan ke TPS