Jakarta (ANTARA) - Tim Pemenangan Nasional Ganjar-Mahfud menyatakan sepakat dengan Presiden Joko Widodo yang meminta seluruh pasangan calon peserta Pemilu 2024 untuk tidak saling menyerang secara personal.
“Sepakat dengan Pak Jokowi, memang harus dihindari serangan personal ya, seperti contohnya serangan pak Anies ke pak Prabowo, pak Prabowo ke pak Anies --sori ya, sori ya, mas Anies-- yang kemudian sering disebut tapi dengan nada yang negatif,” kata Deputi Politik 5.0 TPN Ganjar-Mahfud Andi Widjajanto dalam konferensi pers di Jakarta, Senin.
Menanggapi pernyataan Jokowi yang menilai substansi visi capres-cawapres tidak nampak dalam debat, Andi mengatakan serangan-serangan personal antarcapres seharusnya bisa dihindari, karena debat merupakan wadah untuk menyampaikan gagasan, visi-misi berdasarkan data yang kuat.
Debat juga seharusnya bisa dijadikan tempat untuk ketiga calon membedah tiap data, menyoroti kebijakan yang telah berlaku hingga menawarkan solusi atas masalah yang terjadi.
“Jadi tidak melakukan serang-serangan personal terutama menunjukkan emosi-emosi yang tidak perlu. Yang debat pertama dan ketiga, lebih sering dimunculkan Pak Prabowo terutama ke Pak Anies,” ucapnya.
Baca juga: Hasto nilai perlu ada perbaikan Debat Capres-Cawapres
Kemudian terkait dengan skema debat yang rumit, Andi juga menyatakan setuju. Sebab, jika debat bisa difokuskan untuk menjawab materi dan bukan terpatok pada batas waktu, maka gagasan para calon akan lebih menarik untuk dikulik dan disimak.
“Bayangkan misalnya segmen II berlangsung 15 menit, panelis keluarkan pertanyaan, lalu moderator mempersilahkan paslon 1, 2, 3 membahas selama 15 menit secara bebas, tapi tidak ada dua menit untuk paslon menjawab, semenit untuk paslon 2 menanggapi, semenit untuk paslon 3 menanggapi, jadi akhirnya konsentrasinya itu berbicara sesingkat mungkin,” katanya.
Menurutnya, keterbatasan waktu jugalah yang telah mengurangi substansi visi-misi yang ingin disampaikan.
“Jadi misalnya Pak Jokowi menyarankan di debat keempat Pak Mahfud dengan Gibran, dengan Imin bisa benar-benar bebas ngomong 15 menit saling bersahutan sehingga tidak bisa menghafal, benar-benar menghafal. Nanti, pasti keren sekali debatnya,” ucap mantan gubernur Lemhannas itu.
Sedangkan ketika menanggapi strategi Ganjar-Mahfud memenangkan dua debat terakhir, Andi menjelaskan Mahfud MD saat ini sedang mempersiapkan diri sambil mempelajari serba-serbi soal isu lingkungan, terutama dari sektor hukum.
Sementara debat terakhir yang mengangkat isu seputar kesejahteraan sosial dan kebudayaan, Andi optimistis isu-isu itu sudah sudah Ganjar kuasai.
“Ya debat kelima ini isunya Mas Ganjar banget ya, tampaknya kerja kami di TPN lebih ringan untuk menyiapkan debat kelima tersebut,” katanya.
Baca juga: Timnas AMIN tak mau berspekulasi soal Anies bersalaman dengan Puan
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menilai substansi visi calon presiden dan wakil presiden dalam debat ketiga tidak tampak.
Jokowi menilai yang terlihat adalah justru saling menyerang antarpersonal, yang semestinya tidak terjadi. Dia menekankan apabila debat sudah menyerang personal, pribadi, yang tidak ada hubungan dengan konteks debat semalam, maka debat dapat disebut kurang memberi pendidikan.
"Yang keliatan justru saling menyerang, yang sebetulnya enggak apa asal kebijakan, asal policy, asal visi, enggak apa," ujarnya.
Baca juga: TPN pertanyakan alasan Prabowo yang bersikeras beli alusista usang
“Sepakat dengan Pak Jokowi, memang harus dihindari serangan personal ya, seperti contohnya serangan pak Anies ke pak Prabowo, pak Prabowo ke pak Anies --sori ya, sori ya, mas Anies-- yang kemudian sering disebut tapi dengan nada yang negatif,” kata Deputi Politik 5.0 TPN Ganjar-Mahfud Andi Widjajanto dalam konferensi pers di Jakarta, Senin.
Menanggapi pernyataan Jokowi yang menilai substansi visi capres-cawapres tidak nampak dalam debat, Andi mengatakan serangan-serangan personal antarcapres seharusnya bisa dihindari, karena debat merupakan wadah untuk menyampaikan gagasan, visi-misi berdasarkan data yang kuat.
Debat juga seharusnya bisa dijadikan tempat untuk ketiga calon membedah tiap data, menyoroti kebijakan yang telah berlaku hingga menawarkan solusi atas masalah yang terjadi.
“Jadi tidak melakukan serang-serangan personal terutama menunjukkan emosi-emosi yang tidak perlu. Yang debat pertama dan ketiga, lebih sering dimunculkan Pak Prabowo terutama ke Pak Anies,” ucapnya.
Baca juga: Hasto nilai perlu ada perbaikan Debat Capres-Cawapres
Kemudian terkait dengan skema debat yang rumit, Andi juga menyatakan setuju. Sebab, jika debat bisa difokuskan untuk menjawab materi dan bukan terpatok pada batas waktu, maka gagasan para calon akan lebih menarik untuk dikulik dan disimak.
“Bayangkan misalnya segmen II berlangsung 15 menit, panelis keluarkan pertanyaan, lalu moderator mempersilahkan paslon 1, 2, 3 membahas selama 15 menit secara bebas, tapi tidak ada dua menit untuk paslon menjawab, semenit untuk paslon 2 menanggapi, semenit untuk paslon 3 menanggapi, jadi akhirnya konsentrasinya itu berbicara sesingkat mungkin,” katanya.
Menurutnya, keterbatasan waktu jugalah yang telah mengurangi substansi visi-misi yang ingin disampaikan.
“Jadi misalnya Pak Jokowi menyarankan di debat keempat Pak Mahfud dengan Gibran, dengan Imin bisa benar-benar bebas ngomong 15 menit saling bersahutan sehingga tidak bisa menghafal, benar-benar menghafal. Nanti, pasti keren sekali debatnya,” ucap mantan gubernur Lemhannas itu.
Sedangkan ketika menanggapi strategi Ganjar-Mahfud memenangkan dua debat terakhir, Andi menjelaskan Mahfud MD saat ini sedang mempersiapkan diri sambil mempelajari serba-serbi soal isu lingkungan, terutama dari sektor hukum.
Sementara debat terakhir yang mengangkat isu seputar kesejahteraan sosial dan kebudayaan, Andi optimistis isu-isu itu sudah sudah Ganjar kuasai.
“Ya debat kelima ini isunya Mas Ganjar banget ya, tampaknya kerja kami di TPN lebih ringan untuk menyiapkan debat kelima tersebut,” katanya.
Baca juga: Timnas AMIN tak mau berspekulasi soal Anies bersalaman dengan Puan
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menilai substansi visi calon presiden dan wakil presiden dalam debat ketiga tidak tampak.
Jokowi menilai yang terlihat adalah justru saling menyerang antarpersonal, yang semestinya tidak terjadi. Dia menekankan apabila debat sudah menyerang personal, pribadi, yang tidak ada hubungan dengan konteks debat semalam, maka debat dapat disebut kurang memberi pendidikan.
"Yang keliatan justru saling menyerang, yang sebetulnya enggak apa asal kebijakan, asal policy, asal visi, enggak apa," ujarnya.
Baca juga: TPN pertanyakan alasan Prabowo yang bersikeras beli alusista usang
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2024
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2024