Dengan gagasan, menguji isi kepala peserta pemilu, dan sikap-sikap yang ditunjukkan oleh peserta pemiluBengkulu (ANTARA) - Presiden Mahasiswa Universitas Bengkulu (UNIB) Arca Wijaya menekankan agar peserta pemilu meyakinkan pemilih dari generasi muda dengan cara-cara berkualitas.
"Dengan gagasan, menguji isi kepala peserta pemilu, dan sikap-sikap yang ditunjukkan oleh peserta pemilu," kata Arca Wijaya di Bengkulu, Selasa.
Menurut dia jangan sampai pemilih muda atau pemilih pemula menentukan pilihan hanya dengan melihat gestur, mimik atau pencitraan yang ditonjolkan peserta pemilu.
Baca juga: Ganjar-Mahfud diminta gunakan kampanye kreatif pikat pemilih muda
Baca juga: KAMI Gibran DKI sasar pemilih muda dan pemula
Baca juga: Ganjar-Mahfud diminta gunakan kampanye kreatif pikat pemilih muda
Baca juga: KAMI Gibran DKI sasar pemilih muda dan pemula
Hal tersebut tentunya membuat potensi pemilih muda memberikan suara pada sosok yang tidak tepat menjadi semakin besar. Tetapi, menurut dia ketika pemilih muda dapat beradu gagasan, argumen dan langsung bisa menguji para peserta pemilu, hal tersebut tentu membuka wawasan pemilih dalam menentukan pilihan yang tepat.
Dia juga mengingatkan agar peserta pemilu tidak mengabaikan pemilih muda, karena kelompok muda, generasi Z dan milenial memiliki porsi mayoritas dalam masyarakat saat ini.
"Hari ini 60 persen adalah pemuda, generasi muda itu harus melek politik, bahwa menentukan pemimpin lima tahun ke depan adalah pemuda," ucap Arca.
Sebelumnya, Pakar politik sekaligus akademikus Universitas Bengkulu Dr. Panji Suminar menyatakan partai politik harus serius menarik minat generasi muda khususnya Generasi Z untuk proaktif menggunakan hak suara mereka di Pemilu 2024.
Komposisi generasi Z dan generasi milenial menurut dia itu sangat besar, mencapai 25-35 persen dari total penduduk Indonesia. Kalau partai politik tidak serius, maka kata dia dikuatirkan para generasi muda itu bersikap apatis, dan menjadi 'golput'.
Dia mengatakan parpol dan peserta pemilu harus mampu masuk ke dalam segmen pemilih yang tergolong pemilih pemula tersebut. Hal itu tentu juga tidak mudah karena ada jarak usia yang cukup besar memisahkan para elite parpol dan peserta pemilu dengan Generasi Z.
Baca juga: Anak-anak dua capres main bareng di acara generasi mudaBaca juga: Mahfud sebut pemilih muda tak golput punya kematangan berpikir
"Pola komunikasi-nya sangat berbeda, generasi Z dengan kesetaraan, mereka tidak memandang usia, suku, kelompok, jenis kelamin, cara berkomunikasi mereka sama. Sedangkan elite cara berkomunikasi mereka bersekat-sekat, golongan, umur, jabatan dan lain-lain," papar Panji.
Oleh karena itu, parpol, elite dan peserta pemilu benar-benar harus serius untuk menarik minat segmen masyarakat yang begitu tinggi literasi digitalnya tersebut
"Dengan jumlah mereka sekarang, malah mereka lah penentu hasil pemilu nantinya," ujarnya.
Pewarta: Boyke Ledy Watra
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2023
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2023