Balikpapan (ANTARA) - Calon presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo mengusulkan isu perubahan iklim dimasukkan ke kurikulum pendidikan karena isu tersebut belum banyak dipahami oleh masyarakat lokal.
"Caranya melalui pendidikan, tidak ada yang lain. Bisa kita titipkan kepada kurikulum guru-guru mengenai isu perubahan iklim. Supaya anak-anak muda peduli pada isu itu," kata Ganjar di Balikpapan, Kalimantan Timur, Selasa.
Untuk itu, perlu upaya meyakinkan masyarakat, terutama masyarakat menengah ke bawah. Selain melalui kurikulum, sosialisasi isu perubahan iklim bisa melibatkan spoke person, seperti tokoh-tokoh adat, tokoh agama, dan penggiat lingkungan.
Menurut Ganjar, ilmu-ilmu baru inilah yang perlu disampaikan ke bawah.
Baca juga: Ganjar konsolidasi di Kaltim targetkan raih 60 persen suara
Dia mencontohkan juga pola sosialisasinya dengan pencangkokan teknologi yang riil berupa energi panel.
"Oh ini energi panel bisa lebih hemat. Bisa juga bicara transisi energi sistem transportasi penggunaan baterai dengan harapan emisi bisa dikurangi," ujarnya.
Selanjutnya, bagaimana mengonservasi hutan untuk menjawab pascaeksploitasi sumber daya alam.
Baca juga: Ganjar pastikan kemudahan pendidikan untuk disabilitas
Intinya, sambung Ganjar, masyarakat mampu memitigasi kerusakan agar tidak lebih parah. "Jadi, penting edukasi. Edukasi tidak ada yang lain," tambahnya.
Selama kunjungan di Balikpapan, Ganjar shalat Zuhur di Masjid Agung At-Taqwa Kota Balikpapan, sebelum makan siang bersama pimpinan koalisi partai politik pengusung dan tokoh relawan di Warung Makan Jogja.
Ganjar juga mendatangi Rumah Pelatihan Kerja Disabilitas di Loka Bina Karya Balikpapan, dilanjutkan sowan ke Pondok Pesantren Syaichona Cholil Balikpapan.
Malam harinya, Ganjar makan bersama tokoh-tokoh masyarakat adat Dayak dan lintas agama, kemudian melanjutkan bincang-bincang santai di acara "Nongkrong Bareng Milenial, GenZ dan Influencer Lokal"
Baca juga: Ganjar minta pemerintah atasi kelangkaan BBM di Balikpapan
Baca juga: Ganjar Pranowo komitmen kurangi industri ekstraktif di Kaltim
Baca juga: Tiba di Balikpapan, Ganjar diteriaki 'Ganjar Siji, Ganjar Kabeh"
"Caranya melalui pendidikan, tidak ada yang lain. Bisa kita titipkan kepada kurikulum guru-guru mengenai isu perubahan iklim. Supaya anak-anak muda peduli pada isu itu," kata Ganjar di Balikpapan, Kalimantan Timur, Selasa.
Untuk itu, perlu upaya meyakinkan masyarakat, terutama masyarakat menengah ke bawah. Selain melalui kurikulum, sosialisasi isu perubahan iklim bisa melibatkan spoke person, seperti tokoh-tokoh adat, tokoh agama, dan penggiat lingkungan.
Menurut Ganjar, ilmu-ilmu baru inilah yang perlu disampaikan ke bawah.
Baca juga: Ganjar konsolidasi di Kaltim targetkan raih 60 persen suara
Dia mencontohkan juga pola sosialisasinya dengan pencangkokan teknologi yang riil berupa energi panel.
"Oh ini energi panel bisa lebih hemat. Bisa juga bicara transisi energi sistem transportasi penggunaan baterai dengan harapan emisi bisa dikurangi," ujarnya.
Selanjutnya, bagaimana mengonservasi hutan untuk menjawab pascaeksploitasi sumber daya alam.
Baca juga: Ganjar pastikan kemudahan pendidikan untuk disabilitas
Intinya, sambung Ganjar, masyarakat mampu memitigasi kerusakan agar tidak lebih parah. "Jadi, penting edukasi. Edukasi tidak ada yang lain," tambahnya.
Selama kunjungan di Balikpapan, Ganjar shalat Zuhur di Masjid Agung At-Taqwa Kota Balikpapan, sebelum makan siang bersama pimpinan koalisi partai politik pengusung dan tokoh relawan di Warung Makan Jogja.
Ganjar juga mendatangi Rumah Pelatihan Kerja Disabilitas di Loka Bina Karya Balikpapan, dilanjutkan sowan ke Pondok Pesantren Syaichona Cholil Balikpapan.
Malam harinya, Ganjar makan bersama tokoh-tokoh masyarakat adat Dayak dan lintas agama, kemudian melanjutkan bincang-bincang santai di acara "Nongkrong Bareng Milenial, GenZ dan Influencer Lokal"
Baca juga: Ganjar minta pemerintah atasi kelangkaan BBM di Balikpapan
Baca juga: Ganjar Pranowo komitmen kurangi industri ekstraktif di Kaltim
Baca juga: Tiba di Balikpapan, Ganjar diteriaki 'Ganjar Siji, Ganjar Kabeh"
Pewarta: Narda Margaretha Sinambela
Editor: Didik Kusbiantoro
Copyright © ANTARA 2023
Editor: Didik Kusbiantoro
Copyright © ANTARA 2023