Ganjar Pranowo-Mahfud tipologi eksekutorial, keduanya tegas mengambil sikap keberpihakan pada rasa keadilan.Jakarta (ANTARA) - Ketua DPP PDI Perjuangan Said Abdullah menilai duet bakal pasangan calon presiden/wakil presiden Ganjar Pranowo-Mahfud Md. melahirkan adanya "ratu adil" yang memihak masyarakat.
"Kontempelasi panjang yang dijalani oleh Ibu Mega dalam memilih Pak Mahfud tentulah karena alasan yang sangat serius di atas. Saya melihat ada kebutuhan hadirnya 'ratu adil' dibenak hati rakyat," ujar Said dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Kamis.
Menurut dia, Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri melihat masih banyak kasus yang mencederai rasa keadilan rakyat, tajam ke bawah, tumpul ke atas, hukum pakai alat sandera oleh berbagai kekuatan politik.
Untuk itu, salah satu pertimbangan dalam memilih Mahfud sebagai bakal cawapres pendamping Ganjar karena wawasan Mahfud di bidang hukum sangat luas, berintegritas, memiliki pengalaman yang luas, dan keberanian sebagai pendekar hukum.
"Pernyataan ini sekaligus menyiratkan bahwa Ibu Ketua Umum berpandangan perlunya pembenahan hukum nasional yang perlu diseriusi," katanya.
Ketua Badan Anggaran DPR RI ini mengibaratkan Mahfud seperti Dewi Lustitia atau dewi keadilan yang dipaksa membuka penutup mata, membuat keadilan menjadi memihak. Pedangnya dihunuskan untuk membunuh yang tidak sepaham.
Baca juga: KPU: Anies-Cak Imin dan Ganjar-Mahfud jalani tes kesehatan pekan ini
Baca juga: Akademisi: Secara kenegaraan Mahfud MD cocok dampingi Ganjar
Lebih lanjut Said mengatakan bahwa para ketua umum partai menganggap sosok Mahfud mampu melengkapi Ganjar Pranowo. Keduanya dinilai akan menjadi penerus pasangan dwitunggal, Soekarno dan Hatta.
"Ganjar Pranowo-Mahfud tipologi eksekutorial, keduanya tegas mengambil sikap keberpihakan pada rasa keadilan. Ganjar pengurai benang kusut, Mahfud pemikir yang mendobrak status quo," terang Said.
Dikatakan pula bahwa Ganjar adalah pribadi yang telaten dalam penyelesaian setiap persoalan yang dihadapi masyarakat. Di sisi lain, kata dia, Mahfud mampu mendobrak persekongkolan dan status quo di dalam kekuasaan.
Ia menilai Mahfud kerap menggunakan langkah seribunya Gus Dur untuk membuat perubahan-perubahan dari dalam, dari dahulu hingga kini.
"Ganjar orator layaknya Bung Karno, sementara Mahfud pemikir layaknya Bung Hatta. Ganjar gemati dan bergumul dengan massa rakyat, kehadirannya senantiasa dinanti dan berpeluk erat dengan rakyat bawah. Mahfud menjadi oase di kalangan cerdik pandai. Pikiran-pikirannya menggerakkan pembaharuan di kalangan intelektual," ucapnya.
Said menekankan duet Ganjar dan Mahfud akan saling melengkapi dan menyempurnakan niat ibadah untuk membawa RI menjadi tanah dan negeri yang dijanjikan.
Soal rekam jejak, Said mengatakan bahwa Ganjar adalah seorang nasionalis dan Mahfud seorang yang religius. Baik Ganjar maupun Mahfud sama-sama terlahir dari rakyat jelata, bukan keturunan priayi. Keduanya merangkak dari bawah dan menjalani pasang surutnya kehidupan.
Tidak hanya itu, Said menegaskan bahwa Ganjar dan Mahfud merupakan sosok 'singa' parlemen pada zamannya dengan pemikiran yang kritis dan konstruktif. Keduanya dinilai mampu membuktikan menjadi bagian dari kekuasaan, namun tidak tergoda oleh manisnya kekuasaan.
Said menilai pengalaman penugasan Ganjar-Mahfud juga sangat lengkap. Ganjar Pranowo pernah menjadi anggota DPR, kemudian diamanatkan sebagai Gubernur Jawa Tengah. Selama dua periode memimpin Jateng, lanjut dia, Ganjar sukses mengentaskan masyarakat dari kemiskinan sampai satu juta jiwa.
Hal ini dinilai Said menjadi arsip sejarah yang membanggakan dalam kepemimpinan Ganjar.
"Rekam jejak keduanya menjadi kado manis buat rakyat pada pemilu nanti. Harapan akan lahirnya ratu adil yang kita nanti nantikan," pungkasnya.
Pewarta: Narda Margaretha Sinambela
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2023
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2023