Hambatan pertama yang dihadapi adalah dari SDM yang tidak kompeten. Kedua, dari company culture. Untuk itu membutuhkan kebijakan dan dukungan dari pemerintah.
Jakarta (ANTARA) - Kompetensi sumber daya manusia masih menjadi tantangan internal industri Indonesia untuk bertransformasi menuju industri 4.0, menurut hasil studi komunitas Chief Information Officer dan eksekutif perusahaan di bidang TIK/ iCIO Community.

Hasil studi yang disampaikan Kordinator Divisi Riset iCIO Community, Abidin Riyadi Abie di Jakarta,  Kamis, menunjukkan banyak perusahaan kesulitan menemukan SDM unggul dalam penerapan industri 4.0 di Indonesia.

"Hambatan pertama yang dihadapi adalah dari SDM yang tidak kompeten. Kedua, dari company culture. Untuk itu membutuhkan kebijakan dan dukungan dari pemerintah," ujar Abidin.

Tantangan soal SDM itu dijawab Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Perindustrian, Eko Cahyanto dengan program membangun Pusat Inovasi Digital Industri (PIDI) 4.0 di Permata Hijau Jakarta Selatan.

"Kami sedang menunggu izin pembangunannya dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta karena terkait Koefisien Dasar Bangunan (KDB) di sana. KDB masih menunggu," ujar Eko usai diskusi perspektif CIO terhadap industri 4.0 di Jakarta, Kamis.

Menurut Eko, Kemenperin sudah menyiapkan anggaran terkait gedung yang dirancang memiliki 8 lantai itu dan berharap jika izin keluar, Kemenperin bisa segera memulai kegiatan pembangunannya.

Menurut Eko, Kemenperin ingin menjadikan PIDI 4.0 sebagai showcase ekosistem industri digital sehingga menjadi salah satu tulang punggung adopsi teknologi 4.0 bagi industri.

Selain menjadi showcase, PIDI 4.0 juga berfungsi mendampingi perusahaan bertransformasi selaras dengan peta jalan making Indonesia 4.0 dan menjadi lembaga riset dan pengujian teknologi siap pakai untuk industri tersebut.

Untuk keamanan data yang dihasilkan, semua server akan diletakkan di sana. "Big data itu penting. Jadi seharusnya server diletakkan di sana," tandasnya.

Selain PIDI 4.0 di Permata Hijau tersebut, Eko mengatakan Kemenperin juga punya tiga pusat inovasi lain yang akan dibangun bekerja sama dengan Politeknik Akademi Teknologi Kulit Yogyakarta (pusat inovasi alas kaki) dan STTT Bandung (pusat inovasi tekstil dan pakaian), serta Politeknik Akademi Teknologi Industri Makassar (pusat inovasi manufaktur industri pertanian).

Terkait penyediaan instrumen di pusat inovasi digital industri itu, Eko meminta partisipasi dari para CIO dan eksekutif perusahaan IT yang tergabung dalam komunitas iCIO agar bisa selalu meng-update instrumen di dalamnya sesuai perkembangan teknologi.

"Kami mengharapkan isinya nanti bukan barang-barang milik negara (BMN) karena kalau di BMN-kan akan selamanya disitu, enggak boleh kemana-mana. Nanti jadi museum," ujar Eko.

Untuk itu, Kemenperin mengundang siapapun yang bisa dan mampu menyumbang mesin dan peralatan teknologinya untuk bersama-sama membangun industri 4.0 itu.

Menanggapi hal ini, pendiri iCIO Community, Harry Surjanto, mendukung keinginan Kemenperin bermitra dengan iCIO tersebut terutama berkaitan dengan pembangunan SDM.

Ia mengatakan teknologi akan selalu berkembang dua tahun sekali dan bila aset yang diinvestasikan dalam PIDI 4.0 tidak diperbarui tentu akan ketinggalan zaman.

"Yang harus dipikirkan bagaimana hasil dari itu bisa berbagi. Karena swasta kan bisnis entitas yang juga harus berkembang bisnisnya," kata pria yang jadi Chief Executive Officer di CTI Group itu.
Baca juga: KEIN: Jangan main-main dengan UMKM, bisa dongkrak pertumbuhan 7 persen
 

Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019