PDI Perjuangan konsolidasikan pemenangan pileg-pilpres 2019

Delapan parpol penuhi ambang batas parlemen, PDIP suara terbanyak
Rakor Pemilu 2019 dan Persiapan HUT ke-46 PDI Perjuangan, di Kantor DPP PDI Perjuangan, Menteng, Jakarta, Sabtu (1/12/2018). (ANTARA/Foto: Riza Harahap)
Jakarta (ANTARA News) - PDI Perjuangan melakukan konsolidasi pemenangan pemilu legislatif dan pemilu presiden 2019 tingkat nasional, untuk memastikan jalan kemenangan bagi partai maupun pasangan capres-cawapres Joko Widodo-Ma'ruf Amin pada pemilu 2019.

Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan hal itu saat membuka Rapat Koordinasi Pemilu 2019 dan Persiapan HUT ke-46 PDI Perjuangan, di Kantor DPP PDI Perjuangan, Menteng, Jakarta, Sabtu.

Rakor diikuti sebanyak 102 peserta dari 34 provinsi yakni pimpinan DPD PDI Perjuangan. Hadir pada kegiatan Rakor sejumlah pimpinan dari DPP PDI Perjuangan, yakni Sekjen Hasto Kristiyanto, Ketua; Djarot Saiful Hidayat, Eriko Sotarduga, Sri Rahayu, Bambang DH, Wiryanti B Sukamdani, Mindo Sianipar, M Prakosa, Komarudin Watubun, Hamka Haq, dan Ribka Tjiptaning. Hadir juga Wakil Bendahara; Rudiyanto  Tjen dan Wakil Sekjen; Ahmad Basarah.

Menurut Hasto, PDI Perjuangan terus melakukan konsolidasi untuk memastikan jalan kemenangan bagi pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin maupun bagi partai. Konsolidasi pemenangan pemilu di daerah, secara berkembang, kata Hasto, sudah dilakukan sejak bulan lalu, dan saat ini dilakukan konsolidasi tingkat nasional.

PDI Perjuangan, kata dia, adalah satu-satunya partai politik di Indonesia yang telah memiliki tiga presiden, yakni Soekarno, Megawati Soekarnoputri, dan Joko Widodo. "Kader partai harus dapat menguatkan rekor tersebut," katanya. 

Hasto juga mendorong para kader untuk tampil sebagai pelopor di lingkungan dan tingkatan ya masing-masing. Sebagai pelopor, kata dia, sepatutnya dapat menggerakkan komponen masyarakat pada pembangunan bangsa dan negara.

Hasto juga mengingatkan bangsa Indonesia adalah bangsa pelopor bagi bangsa-bangsa di Asia dan Afrika. "Kepeloporan itu dilakukan oleh Presiden Soekarno dengan menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika pada 1955," katanya.

Hasto menegaskan, Indonesia pada 1950an hingga 1960an dikenal sebagai negara yang paling kuat di Asia. "Namun arah pembangunan Indonesia kemudian dibelokkan sehingga kekuatan Indonesia secara pelan-pelan menurun," katanya.
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018
Sekjen PSI buka ruang diskusi Soeharto simbol KKN Sebelumnya

Sekjen PSI buka ruang diskusi Soeharto simbol KKN

Logistik Pilkada untuk Kabupaten Tangerang mulai didistribusikan ke TPS Selanjutnya

Logistik Pilkada untuk Kabupaten Tangerang mulai didistribusikan ke TPS