Sinyal perlambatan ekonomi AS dan perang dagang yang belum ada kepastian telah menekan dolar AS terhadap mata uang dunia, termasuk rupiah
Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis sore kembali terapresiasi di tengah perlambatan ekonomi AS.
Terpantau, pergerakan rupiah pada Kamis sore ini menguat 22 poin atau 0,13 persen menjadi Rp14.173 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.195 per dolar AS.
"Sinyal perlambatan ekonomi AS dan perang dagang yang belum ada kepastian telah menekan dolar AS terhadap mata uang dunia, termasuk rupiah," kata Kepala Riset Monex Investindo Future Ariston Tjendra di Jakarta, Kamis.
Ia menambahkan sinyal pelemahan ekonomi AS terlihat dari jumlah penerimaan pekerja oleh sektor swasta AS yang menurun di bulan September.
Berdasarkan Automatic Data Processing (ADP), menunjukan bahwa jumlah tenaga kerja di sektor swasta di Amerika Serikat di bulan September hanya meningkat 135.000, sedikit lebih rendah dari estimasi pasar untuk kenaikan 140.000.
"Ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat-China telah melemahkan negara dengan ekonomi terbesar di dunia," katanya.
Kepala Riset Valbury Asia Future Lukman Leong menambahkan, sinyal berikutnya yang menjadi perhatian pelaku pasar yakni data mengenai konsumen-konsumen di AS. Jika melemah, dolar AS berpotensi melanjutkan tekanan.
"Rupiah mendapatkan manfaat dari situasi eksternal itu di tengah sentimen domestik yang relatif masih dibayangi kekhawatiran perlambatan ekonomi serta politik-keamanan," katanya.
Ia mengharapkan agar Bank Indonesia untuk tetap waspada menjaga stabilitas nilai tukar mengingat penguatannya belum sepenuhnya didukung oleh fundamental ekonomi nasional.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Kamis ini menunjukkan, rupiah menguat menjadi Rp14.193 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp14.207 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah bergerak menguat tipis, dipicu redanya tensi politik domestik
Baca juga: Rupiah Kamis pagi menguat tipis, dekati Rp14.200
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019